Iwan sedang menunggu bus Damri jurusan Dipati Ukur-Jatinangor dan sebaliknya. Jum'at malam itu dia berencana bermain ke kampus Unpad Dipati Ukur. Biasa. Anak muda, mahasiswa pula. Ketika sedang tak ada tugas akademik yang harus diselesaikan mereka biasanya menghabiskan waktu liburnya dengan berbagai cara. Ada yang bermain game konsol PES dari pagi hingga pagi lagi dengan sistem gugur atau liga di laptop salah satu temannya, ada yang pergi hiking ke gunung dekat kampus bila kampusnya di Jatinangor seperti ke Gunung Manglayang atau Gunung Geulis.
Ada yang mengambil pekerjaan paruh waktu khususnya ketika waktu libur akhir pekan, ada yang membereskan kamar kosannya yang berantakan seperti kapal pecah sehari-harinya, ada yang menjadi peserta seminar nasional di kampus walau hanya untuk mendapatkan sertifikat semata dan meng-upload foto dirinya di akun media sosialnya dengan berbagai macam pose atau ber-selfieria dengan kawan-kawannya atau dengan pembicara di seminar nasional itu. Walau tanpa secuil pun sesuatu manfaat yang didapatkannya dari acara seminar nasional itu. Yang penting bisa eksis dulu saja di media sosial.
Ada yang menghabiskan waktu liburnya untuk mengaji bersama teman-temannya di masjid kampus. Biasanya kelompok ini menonjolkan sisi keagamaan yang sangat kental. Dengan panggilan khasnya 'akhi, 'ukhti', 'ikhwan', 'akhwat', dan berbagai macam kata dalam bahasa Arab lainnya. Benar-benar calon penghuni surga. Ada yang mengisi waktu liburnya untuk mengadakan rapat organisasi setelah dihari-hari biasa fokus dengan tugas akademiknya.
Ada pula yang mengisi waktu liburnya dengan berhibernasi alias tidur dari pagi sampai malam. Bahkan ada yang sampai pagi lagi. Seperti orang yang sedang bertapa. Bedanya, dia tertidur pulas. Sedangkan orang yang bertapa meskipun menutup kedua matanya ia tetap dalam keadaan sadar. Memusatkan konsentrasi pada sesuatu yang ingin dicapainya. Entah apa itu. Dari kesemuanya itu, Iwan pernah melakoninya. Namun, waktu liburan kali ini Iwan habiskan dengan menonton pertunjukan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa di kampusnya. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang membawa semangat nilai kebudayaan ditengah zaman yang tak mengenal lagi batas-batas geografis, politis, maupun sosial budaya ini. Ya, pertunjukan budaya Minangkabau.
"Waduh, sudah jam 4 sore lebih. Aku harus segera bergegas. Bisa-bisa nanti aku tidak kebagian bus Damri. Celaka. Aku sudah beli tiket ingin menonton pertunjukan yang digelar Uda dan kawan-kawannya", kata Iwan dalam hatinya. Dia segera membereskan segala sesuatunya di kamar kos-nya. Dia masukan buku, laptop, tempat alat tulis ke tasnya. Selang beberapa menit kemudian ia berpamitan pada ibu kosan. Memberitahunya bahwa dia akan pergi ke Bandung dan menginap barang semalam di kosan temannya, lebih tepatnya sahabatnya, Rizal. Seorang Arab Pekojan, keturunan Arab yang tak bisa lagi berbahasa Arab.
"Bu, Iwan angkat heulanya. Bade ka Bandung. Mondok sawengi di rerencangan. Kumargi aya acara di Dipati Ukur".
"Muhun mangga A, kade ati-ati", jawab ibu kos spontan.
"Mangga Bu, Assalamu'alaikum Warahmatullah".
"Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh".
Iwan langsung saja berjalan ke arah Caringin dari kosannya di daerah Sayang. Dia agak mempercepat jalannya karena ketika melihat jam tangannya waktu telah menunjukan pukul 16.20 WIB. Bus Damri terakhir yang berangkat ke Dipati Ukur adalah pukul 17.00 WIB. Sekitar 40 menit lagi. Namun dia tak mau ambil risiko. Iwan akan segera naik bus Damri sebelum armada yang terakhir berangkat.
Setelah 10 menit berjalan kaki menuju gapura Desa Caringin, akhirnya dia sampai. Jam tangannya menunjukan pukul 16.35 WIB. Iwan berdiri di samping pangkalan ojek Caringin menunggu kendaraan yang akan ditumpanginya lewat. Selang 5 menit kemudian bus Damri jurusan Jatinangor-Dipati Ukur terlihat dari kejauhan. Iwan segera melambaikan jari telunjuk tangan kanannya. Bus Damri berhenti tepat di depannya. Setelah pintu otomatis terbuka, dia pun masuk. Iwan tidak kebagian tempat duduk karena kursi Damri telah penuh oleh penumpang lainnya. Mau tidak mau dia pun berdiri dengan tangan berpegang pada pegangan tangan. Perjalanan Iwan dari Jatinangor menuju Dipati Ukur dimulai.