Lihat ke Halaman Asli

Kemiskinan itu Status, Bukan Takdir

Diperbarui: 27 September 2016   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Jika kamu lahir sebagai orang miskin, itu bukan salahmu. Tapi, jika kamu mati dalam keadaan miskin, itu sepenuhnya salahmu"

Kata kata ini memang banyak menjadi inspirasi banyak orang untuk mengusahakan perbaikan untuk hidup mereka masing-masing. Jika diterjemahkan dalam ilmu kimia, orang-orang ini mengusahakan untuk melakukan ikatan kimia sehingga keberadaan mereka lebih baik dan lebih ramah untuk digunakan.

Di Indonesia utamanya, kemiskinan mungkin sudah menjadi sahabat untuk banyak kalangan, terutama mereka yang tinggal di daerah terpencil dan jauh dari hiruk-pikuk kehidupan kota. Jika di kota, gaya hidup mewah sudah biasa, di daerah tersebut, memegang handphone saja sudah menjadi kebanggaan untuk mereka.

Maklum, jangankan mimpi untuk punya gadget keren, orang-orang terpencil ini masih berada dalam kehidupan yang terfokus pada "Apakah saya bisa makan besok?". Mereka hidup hari ini untuk besok dan kehidupan esok hari untuk lusa.

Dasarnya, artikel ini bukan mau membicarakan mengenai kemiskinan yang ada di Indonesia atau membicarkan masalah sosial. Artikel ini hanya ingin menekankan bahwa kemiskinan yang dimiliki manusia pada dasarnya hanya status, bukanlah takdir.

Iya, bukan takdir. Takdir adalah sesuatu yang sudah sulit anda sekalian rubah, mungkin sesulit mengerjakan soal mengenai stoikiometri. Walaupun bisa anda rubah, mungkin anda perlu berkolaborasi dengan malaikat agar Tuhan merubah takdir pahit tersebut.

Kemiskinan itu hanya status. Status yang bersifat sementara, dimana hal tersebut tentu bisa anda sekalian rubah. Dengan doa, usaha dan kerja keras, kemiskinan itu bisa menjadi cambuk yang amat mujarab untuk dijadikan motivasi untuk pembangunan hidup yang lebih baik.

Anda bisa lihat bagaimana kehidupan Jim Carey, pelawak terkenal dari Amerika Serikat. Puluhan tahun ia hidup dalam kemiskinan dan kekurangan, puluhan tahun juga ia hanya bisa hidup dalam van kecil miliknya. Lalu, bagaimana bisa berubah jadi komedian yang bernilai puluhan juta dolar? Dia mencampurkan kekuatan doa, keberuntungan, dan kerja keras untuk merubahnya.

Namanya Jim Carey mungkin terlihat asing, tapi bagaimana dengan Steve Jobs atau Sylvester Stallone? Dua orang ini adalah mereka yang pernah merasakan pahitnya hidup, berada dalam kemiskinan. Mirisnya, keduanya pernah merasakan menjadi orang yang tidak memiliki rumah sebagai tempat tinggal.

Steve Jobs rela tidur di lantai kamar temannya, sedangkan Stallone tidur di terminal bus di New York. 3 orang mendunia ini membuktikan bahwa kemiskinan bukanlah hukum-hukum dasar yang tak bisa dirubah. Kemiskinan hanya status yang diberikan masyarakat pada beberapa golongan. Kemiskinan itu bisa dirubah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline