Lihat ke Halaman Asli

Oktiana Putri

Universitas Muhammadiyah Surabaya

Tanamkan Empati dan Kepedulian, Mari Berjalan dalam Kebaikan

Diperbarui: 31 Oktober 2022   07:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

    Krisis kemanusiaan semakin hari semakin menghawatirkan, krisis kemanusiaan menjadi hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan. Namun terkadang banyak yang tidak menyadari akan krisis tersebut atau bahkan acuh tak acuh. Berbicara tentang krisis kemanusiaan . salah satu krisis kemanusiaan yang sering tersorot adalah kemiskinan keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan,pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. 

    Sebagai makhluk sosial tentunya kita tidak akan hidup tanpa bantuan orang lain, bahkan sebaliknya orang lain tidak akan bisa hidup sendiri tanpa bantuan sesama. Untuk itu kita sebagai makhluk hidup yang dihidup berdampingan di bumi Allah harus senantiasa senantiasa membantu dan memanusiakan manusia. Menolong sesama merupakan hal yang mulia, dalam agama islam maupun agama lainnya mengajarkan kita senantiasa peduli, menghargai, membantu satu sama lain. Sebagai umat yang beragama, sudahkah kita benar-benar memperhatikan sekitar kita ? Mari kita saling menolong dan memanusiakan manusia. 

Sekilas hasil wawancara dengan salah seorang pekerja sebagai penjaga kebun pisang yang masih sangat bersemangat untuk berkerja.( Surabaya, 25 Juli 2022 ). Suhartono Wirawan yang akrab disapa pak Tono, ia mulai berkerja pada tahun 2011 hingga saat ini sebagai penjaga kebun pisang di daerah Keputih Surabaya. Pak Tono kini berusia 50 tahun, pekerjaan itu ia ditekuni semenjak memutuskan untuk merantau dari asalnya yaitu kota Jombang. Latar belakang yang menyebabkan ia merantau ke Surabaya yaitu karena sekarang ia hidup sebatang kara tidak ada pendamping satu pun, istrinya telah meninggal sejak pertengahan tahun 2011 dan ia tidak memiliki anak. Ia memutuskan merantau ke Surabaya dengan keahlian seadanya, mengingat ia hanya lulusan SD yang menurutnya tidak mempunyai ilmu yang cukup. di Surabaya ia tinggal di daerah keputih lalu dipercayai salah satu keluarga untuk menjaga kebun pisang milik mereka, namun ia tinggal dalam kebun pisang yang didalamnya terdapat sepetak gubuk yang remang -- remang kurang pencahayaan. Ia hanya menjagakan upah hasil panen dari kebun pisang tersebut ketika ada orang yang membeli pisang pada kebun yang ia jaga. Meskipun dengan keadaan yang sangat sederhana tersebut ia tetap semangat dan mensyukuri apa yang ia jalani saat ini.

" Saya mencintai kehidupan yang saya jalani sekarang, walaupun pekerjaan saya upahnya tidak menentu seperti ini yang terpenting saya berkerja dengan hasil keringat saya sendiri dan halal " jelas bapak Tono."

    Dari kehidupan Pak Tono kita dapat memetik hikmahnya bahwa rasa bersyukur dengan menerima segala sesuatu yang diberikan Allah jauh lebih baik. Dalam kehidupan pasalnya tidak luput dari kesenangan, kesusahan, kekurangan, kecukupan dan sebagainnya. Sebagai makhluk sosial sudah seharusnya kita memiliki empati dan rasa kemanusiaan dengan memperhatikan kehidupan sekitar kita, ketika ada di sekitar kita yang membutuhkan maka semestinya kita bantu. Pada dasarnya tidak ada manusia yang tidak membutuhkan bantuan orang lain, mari kita tanamkan rasa empati dan kepedulian untuk sesama dan berjalan di dalam kebaikan. Melihat kehidupan Pak Tono, apakah kita sudah bersyukur? Semoga kita semua senantiasa dapat menjadi salah satu hamba Allah yang bersyukur dan dapat memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi.

#DADPKIMMBLUESAVANT #KITATIDAKMUNGKINDIAM #IMMUMSURABAYA #PKIMMBLUESAVANT




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline