Lihat ke Halaman Asli

Oktiana Paramasanti

Guru Sekolah Dasar di Kudus

Efektivitas Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19 bagi Siswa SD

Diperbarui: 24 Juli 2021   22:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Semenjak adanya pandemi COVID-19, pembelajaran di Indonesia berlangsung secara daring mulai dari SD sampai tingkat Perguruan Tinggi. Pembelajaran daring menjadi solusi ketika pembelajaran tatap muka tidak lagi diizinkan guna memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19 ini. Belum adanya kesiapan pembelajaran darin menyebabkan banyak pro dan kontra sejak kebijakan ini diberlakukan, salah satunya dari para orang tua siswa yang menilai pembelajaran secara daring tidaklah efektif. Terlebih dari orang tua yang anaknya masih duduk di bangku SD. Banyak orang tua mengeluh dengan adanya kebijakan pembelajaran secara daring ini. Alasan mereka beragam, mulai dari ketidaktersediaan smartphone, kuota internet, dan keluhan ketika harus mengajari anak belajar setelah pulang bekerja di malam hari.

Pembelajaran daring pada tingkat SD pun tidak bisa berjalan semudah yang dibayangkan, mereka masih memerlukan bimbingan dalam mengoperasikan internet maupun dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Beberapa kekurangan dan keterbatasan yang dihadapi guru di antaranya guru belum siap dengan diselenggarakannya pembelajaran daring, tidak semua guru memiliki literasi digital yang sama, ada guru yang mampu beradaptasi dengan cepat namun ada pula yang sulit untuk beradaptasi, sehingga kesulitan untuk melaksanakan pembelajarana secara daring,  tidak semua siswa dan guru memiliki perangkat yang mendukun untuk tereselenggaranya pemeblajaran daring, kualitas    koneksi    dan    ketersidaan jaringan internet yang terbatas, serta membutuhkan biaya yang lebih untuk dikeluarkan.

Meskipun seiring dengan berjalannya waktu pada akhirnya guru dapat beradaptasi dalam pembelajaran daring ini, namun masih ada beberapa masalah yang menjadi polemik di tengah pandemi saat ini. Memang dengan adanya pandemi ini, setidaknya telah mendorong percepatan penggunaan teknologi dalam pembelajaran seperti penggunaan sitem e-learning mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Meskipun begitu, kita tidak   bisa memungkiri bahwa tidak semua anak dapat menjalani secara konsisten pembelajaran daring karena berbagai   keterbatasan.   Misalnya, ketiadaan fasilitas gawai (ponsel, laptop, maupun    tablet), rendahnya pemahaman tentang media digital, terbatasnya kemampuan membeli pulsa, dan   keterbatasan   sinyal. Biasanya masalah-masalah tersbut sering kita jupai pada siswa tingkat SD. Tidak seperti dengan mahasiswa atau siswa yang sudah duduk di bangku SMP dan SMA, siswa SD masih kurang terbiasa dalam penggunaan teknologi pada pembelajaran. Biasanya siswa pada tingkat tersebut juga belum diperbolehkan untuk memiliki smartphone sendiri sehingga ketika ada pembelajaran daring, mereka harus bergantian dengan orang tua atau kakak mereka.

Melihat beberapa keterbatasan tersebut pada akhirnya pembelajaran daring yang dilakukan oleh sebagian guru hanya sekadar memberikan tugas untuk dikerjakan secara mandiri oleh siswa tanpa melakukan penjelasan terlebih dahulu. Sementara itu, siswa yang tidak menerima penjelasan dari guru akhirnya meminta bantuang kepada orang tua mereka yang lama-kelamaan justru membuat tugas-tugas itu tidak dikerjakan langsung oleh siswa tetapi dikerjakan oleh orang tua mereka dan anak-anak justru asyik bermain bersama teman-temannya. Orang tua yang merasa jenuh sepulang bekerja masih harus membantu mengerjakan tugas dari anaknya serta memikirkan pengeluaran tambahan untuk membeli kuota internet di masa pandemi yang juga berdampak pada sektor perekonomian masyarakat.

Lalu efektifkah pembelajaran secara daring ini? Pembelajaran harus tetap berlangsung meskipun di tengah himpitan kesulitan karena pandemi ini, dan pembelajaran daring masih menjadi salah satu solusi terbaik untuk saat ini. Namun dalam pelaksanaannya, tetap harus memperhatikan beberapa hal antara lain kemampua literasi digital guru, tingkap pemahaman siswa untuk beradaotasi dengan penggunaan teknologi, ketersediaan perangkat pendukung, jaringan internet yang mendukung, biaya pembelajaran, tingkat kenyamanan aplikasi yang digunakan, serta komitmen antara guru dengan orang tua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline