Lihat ke Halaman Asli

Okti Nur Risanti

Content writer

Menjadi Relevan dan Relate dengan Flash Fiction

Diperbarui: 18 Oktober 2023   09:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar menulis (Unsplash, Marcos Paulo Prado)

Konon, Ernest Hemingway, si penulis kondang peraih Nobel itu, pernah menulis novelnya hanya dalam 6 kata, yaitu: "For Sale: baby's shoes. Never worn," pada tahun 1920.

Perhatikan, meski hanya terdiri dari 6 kata, tetapi apa yang disampaikan di dalamnya mengandung makna dan emosi yang dalam, bahkan dapat menciptakan berbagai imajinasi bagi pembacanya.

Dijual, sepatu bayi. Belum pernah dipakai.

Melalui kata-kata yang disusun oleh Hemingway, pembaca dapat menafsirkan berbagai hal atau peristiwa yang terkandung di dalamnya. Ada peristiwa sedih yang membuat sepatu bayi yang belum pernah terpakai itu lantas dijual, kesulitan ekonomi yang membuat seseorang sampai harus menjual sepatu bayi baru, sampai kepedihan orang tua yang menjual sepatu bayinya untuk menghilangkan kenangan atau harapan yang pernah mereka miliki darinya. Dan, masih banyak lagi hal atau peristiwa yang bisa kita bayangkan dari 6 kata pilihan Hemingway tersebut.

Apa yang ditulis oleh Hemingway itu disebut sebagai flash fiction. Flash fiction, atau sering disebut dengan "sudden fiction", "micro fiction", "postcard fiction" atau "short-short fiction" adalah subgenre dari cerita pendek (cerpen). Ciri khas dari genre ini adalah jumlah kata yang lebih sedikit. Cerpen yang biasa kita kenal memiliki jumlah kata berkisar 2.000 -- 20.000 kata, sedangkan flash fiction memiliki jumlah kata kurang dari 2000 kata. Secara umum flash fiction yang ditulis akan berkisar antara 250 -- 1500 kata. Sebagai panduan, biasanya flash fiction dimaksudkan untuk dibaca dalam sekejap (flash). (https://pelitaku.sabda.org/apa_itu_flash_fiction)


Membuat flash fiction bisa menjadi latihan yang baik bagi seorang penulis, pelajar, atau siapa pun untuk meningkatkan keterampilan menulis. Sebab, untuk menulis flash fiction diperlukan kemampuan berpikir kreatif, minimalis, dan cermat dalam merangkai sebuah cerita, yang akan tampak dalam diksi, alur, tokoh, konflik, dan setting yang dibuat. 

Nah, karena flash fiction bertujuan untuk dibaca dalam waktu sekejap, maka penulis perlu menghindari segala sesuatu yang sifatnya bertele-tele, deskriptif, dan rumit. Ending yang menarik, tak terduga, atau plot twist, sungguh bisa diusahakan dengan kalimat yang singkat. 

Namun, tentu saja, untuk bisa merangkai sebuah flash fiction yang menarik, kita perlu memiliki kepekaan, perbendaharaan kata/pilihan diksi yang kaya, kreativitas, bahkan cara berpikir yang out of the box supaya cerita yang dihasilkan tidak bersifat cheesy atau klise. Banyak membaca menjadi kunci penting di sini. 

Menurut saya, menulis flash fiction juga dapat menjadi cara bagi para penulis -- atau mereka yang punya passion di bidang tulis-menulis -- untuk semakin relevan dan relate dengan perkembangan zaman, terutama dalam memenuhi selera pembaca masa kini yang kian enggan membaca tulisan panjang atau buku-buku tebal. 

Semakin mahir seseorang dalam membuat flash fiction, semakin handal pula ia dalam menulis cerita, konten, atau sebuah pesan secara singkat,efektif,  menarik, dan mengena bagi pembaca.

Jadi, bagi Anda yang berminat untuk bekerja dalam bidang penulisan kreatif, sering-seringlah membuat flash fiction dengan batasan jumlah kalimat/paragraf tertentu. Ide dan topiknya bisa datang dari mana saja, dan Anda bisa membuatnya menarik dan unik dengan pilihan kata yang tepat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline