Lihat ke Halaman Asli

Okti Nur Risanti

Content writer

"Siap Kerja", Itu Jargon yang Sudah Usang!

Diperbarui: 7 Februari 2020   10:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar mendapatkan ide. (Pixabay; TeroVesalainen)

"Tanpa memiliki kapasitas untuk siap belajar, siap-siap saja dilindas oleh zaman atau persaingan yang ketat." 

Hari ini saya membaca kliping dari harian Kompas yang diedarkan di kantor. Judulnya "Memutakhirkan Manusia". Dan, saya setuju dengan isinya, yang salah satunya menyatakan bahwa saat ini jargon siap kerja sudah kurang relevan lagi. 

Dengan kecepatan perkembangan informasi dan teknologi yang hitungannya bukan lagi tahun atau bahkan bulan, kita, khususnya, generasi muda sekarang justru harus memiliki kapasitas untuk "siap belajar". Mengapa?

Jelas, karena belajar menjadi satu adaptasi yang perlu dimiliki agar kita selalu mampu mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhannya.

Seperti dinyatakan dalam artikel tersebut, pengetahuan yang kita miliki saat menempuh studi di sekolah atau universitas akan menjadi tidak relevan lagi setelah kita lulus dan memasuki dunia kerja karena perubahan yang begitu cepat dari perkembangan teknologi.

Selain itu, karena perkembangan teknologi, akan ada banyak jenis pekerjaan yang bisa digantikan oleh mesin atau teknologi. Kartu tol, mesin pabrik, mobile banking, belanja online, buku online, google search adalah realita yang semakin mengurangi jumlah pekerja manusia dalam beberapa tahun terakhir.  

Belum lagi, ada banyak pekerjaan yang saat ini bahkan tak terbayangkan akan dibutuhkan pada sepuluh atau lima belas tahun lalu, seperti content writer, admin atau manager media sosial, vlogger, YouTuber, atau berbagai perancang aplikasi mobile yang kita pakai dan manfaatkan dalam gawai kita.

Saya contohnya, tak pernah membayangkan akan menjadi seorang content writer sepuluh tahun lalu, apalagi saat kuliah. Tidak ada profesi atau jenis pekerjaan seperti itu dulu, atau bahkan sampai sepuluh tahun lalu.

Bayangkan, apa yang akan menjadi profesi anak-anak kita lima atau sepuluh tahun mendatang!

Sebagai contoh, profesi dokter yang saat ini masih menjadi profesi idaman, bukan tidak mungkin digantikan dengan mesin atau robot pintar yang dirancang untuk menyimpan segala informasi dengan sangat detail untuk mendiagnosa penyakit beserta obat atau treatment yang dibutuhkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline