Tak apa menjadi biasa, Nak.
Bukan epik,
super,
jenius,
revolusioner,
atau luar biasa.
Kita sudah semakin biasa dengan kata-kata itu,
sehingga tak lagi biasa dengan yang biasa-biasa.
Kita cepat bosan.
Penuh persaingan.
Gelisah.
Lalu, kita semakin sulit dipuaskan,
untuk merasa cukup,
dan bersyukur.
Tak apa menjadi biasa, Nak,
meski bukan berarti sedang-sedang.
Bukankah Allah sering kali bekerja dalam cara-cara yang biasa,
dan sederhana.
Dalam sinar matahari,
dalam desir angin,
dalam hujan,
dalam kelahiran,
dalam wajah yang bersuka cita.
Tak apa untuk menjadi biasa, Nak.
Cukuplah punya cinta yang besar,
serta setia besar,
untuk memberi pengaruh besar
pada hal-hal yang biasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H