Lihat ke Halaman Asli

Oktavyan dwi

Mahasiswa UPN Veteran Jawa TImur

Pembuatan Biosaka Oleh Mahasiswa Magang UPN Veteran Jatim di UPT Pelatihan Pertanian Singosari

Diperbarui: 4 September 2023   12:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Pada Senin, (14/08) Penggunaan pupuk kimia sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman sehingga menghasilkan peningkatan produksi. Hadirnya inovasi Biosaka yang merupakan salah satu inovasi dalam menekan penggunaan pupuk kimia bagi tanaman sangat mendukung pengurangan penggunaan pupuk kimia. Karena keadaan di dunia pertanian ini, petani cenderung ketergantungan pada pupuk kimia dan pupuk kimia pada waktu sekarang telah mengalami kenaikan harga.

Biosaka terdiri dari suku kata Bio dan Saka, Bio singkatan dari Biologi, dan Saka singkatan dari Soko Alam Kembali Ke Alam atau dari Alam Kembali ke Alam adalah inovasi yang telah dikembangkan oleh petani dari bahan baru-terbarukan yang tersedia melimpah di alam.

Biosaka terbuat dari rerumputan yang dicampur dengan air lalu diremas. Setelah itu bisa langsung di aplikasikan di lahan untuk semua jenis tanaman. Untuk pemilihan rumput harus memakai rumput yang sehat yang tidak tercampur bahan kimia dan harus diketahui masa pertumbuhan rumput berada di fase vegetatif atau generatif. Dan rumputnya pun harus minimal ada 5 jenis.

Penerapan Biosaka ini telah dijalankan dan telah disebarkan kepada para petani di seluruh Indonesia salah satunya pada UPT Pelatihan Pertanian Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur yang telah menjalankan program Biosaka ini dan diperkenalkan kepada mahasiswa UPN Veteran Jawa Timur yang sedang melaksanakan magang di UPT tersebut.

Hal penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan Biosaka adalah pemilihan bahan yang tepat yaitu memanfaatkan berbagai macam dedaunan (minimal 5 jenis tanaman) atau rerumputan yang kondisinya sehat, artinya tidak terlihat adanya lubang-lubang atau bercak-bercak yang menunjukkan bekas gigitan serangga atau serangan hama dan penyakit Pemilihan bahan diutamakan untuk daun atau rumput yang tidak berlendir.

Proses pembuatannya dilakukan dengan cara meremas dedaunan atau rerumputan di dalam air kurang lebih 5 liter selama kurang lebih 10-15 menit sampai tercampur homogen tidak mengendap, tidak berubah warna menjadi bening dan tidak mengeluarkan gas meskipun disimpan dalam waktu yang lama). Aplikasi di lapangan yaitu dengan penyemprotan pada waktu dan cara yang tepat, seperti penyemprotan yang tidak disemprotkan secara langsung ke tanaman. Aplikasi dilakukan dengan melarutkan 40 cc Biosaka dalam 14 liter air bersih.

Dengan adanya inovasi ini diharapkan para petani di seluruh Indonesia lebih mengedepankan penggunaan pupuk organik salah satunya adalah dengan penggunaan Biosaka yang mana ini dapat meningkatkan pertumbuhan dari komoditas yang ditaman oleh para petani sekaligus penggunaan Biosaka ini dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia pada proses pemupukan pada tiap komoditas yang dimiliki oleh para petani.

upnjatim.ac.id.

Penulis : Oktavyan Dwi Irianto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline