Lihat ke Halaman Asli

Oktav Unik Ardiana

Hamba Allah yang tengah menjadi seorang pembelajar. (Mahasiswi dan Guru IPA yang berdomisili di Banyumas dan Cilacap)

Keteladanan Gejala Alam Part 2: Dandelion Harapan Bersanding Energi Potensial dan Kinetik

Diperbarui: 20 Juli 2020   21:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: dansmedia.net

Dandelion merupakan sosok bunga dengan tangkai sederhana yang keberadaannya jarang disadari oleh banyak orang. Meskipun demikian, ia mampu bertahan dalam segala keadaan. Walaupun bentuknya tak seindah mawar, baunya tak seharum melati, dan warnanya tak semegah bunga matahari akan tetapi ia memberi arti dalam kehidupan ini. 

Menumbuhkan benih-benih positif

Kecil tak berarti namun ia menumbuhkan diri di tempat yang ia singgahi. Berusaha beradaptasi dan berkembang menjadi tanaman baru di tempat yang baru. Akan tetapi ia tetap berusaha menjaga jati diri sebagai setangkai Dandelion sederhana. Jauh dari sifat keangkuhan karena ia begitu apa adanya.

Layaknya setangkai Dandelion, manusia pun mampu menjadi sosok demikian. Pribadi sederhana namun mengena di tengah lingkungan masyarakat tempat ia tinggal. Dimanapun kita berada, disitulah kita belajar menempa diri dan mencari berbagai pengalaman hidup. Tak sekadar belajar untuk diri pribadi namun kita pun turut membelajarkan orang lain. Bukan bersikap menggurui akan tetapi menjadi teman yang bersedia mendampingi dan berjalan beriringan.

Praktiknya tak semudah teori yang dikatakan, bahkan  akan ada banyak hal menjadi tantangan dan rintangan. Tak selalu kultur lingkungan sesuai dengan kepribadian kita. Terkadang yang kita pikirkan tak sama dengan yang terjadi dan terealisasi.

Hal ini karena masing-masing pribadi berbeda pemikiran dan sudut pandang. Lalu, harus bersikap seperti apa ketika berada di berbagai macam lingkungan yang kita jumpai, singgahi, bahkan kita tinggali?

1. Berbaur namun tidak melebur

Mengapa dikatakan berbaur namun tidak melebur? Karena tidak semua kondisi di mana kita berada sesuai dengan prinsip hidup kita. Di satu sisi kita dituntut untuk mudah beradaptasi, namun di sisi lain kita punya pedoman yang bersifat prinsip.

Misalnya, kita berada di lingkungan dunia kerja yang beragam latar belakang pendidikan dan keluarga. Sebagian rekan kerja kita mungkin merupakan ibu rumah tangga dengan segala persoalannya saat berada di rumah, sebagian lagi merupakan singlelillah atau jomblowan jomblowati yang belum menikah.

Gaya bicara dan topik pembicaraan yang akan dibahas pun akan jauh berbeda diantara dua golongan tersebut. Kita berada di mana? Apakah kita termasuk di salah satu golongan tersebut? Atau kita bukan berada diantara keduanya?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline