Medali emas Olimpiade seringkali dianggap sebagai titik pencapaian tertinggi dalam karir seorang atlet. Penantian selama empat tahun sekali, olahraga terbesar tingkat dunia, dan tentunya kualifikasi yang ketat, menjadikan Olimpiade sebagai salah satu ajang elit dalam olahraga yang paling diidam-idamkan oleh para atlet untuk bisa berkiprah di sini. Indonesia menjadi salah satu tim yang turut serta dalam pesta olahraga empat tahunan ini. Tampil dalam beberapa edisi Olimpiade, Indonesia juga mampu menunjukkan taringnya karena mampu meraih medali emas di ajang olahraga terbesar di dunia ini.
Indonesia pertama kali berpartisipasi di Olimpiade pada tahun 1952 di Helsinki, Finlandia. Namun, Indonesia belum mampu untuk meraih medali. Hasil yang sama terus berlangsung hingga Olimpiade 1984. Setelah berpartisipasi dalam beberapa edisi Olimpiade, Indonesia akhirnya meraih medali pertamanya di Seoul 1988 melalui tim panahan wanita. Medali perak menjadi medali yang pertama kali dimenangkan oleh Indonesia. Berkat penampilan dari Lilies Handayani, Nurfitriyana Saimana, dan Kusumawardhani, Indonesia akhirnya bisa "pecah telor" dalam pesta olahraga dunia musim panas ini.
Di Olimpiade Barcelona 1992, Bulutangkis akhirnya dipertandingkan secara resmi sebagai cabang olahraga olimpiade. Tampil mengagumkan, Indonesia akhirnya mengirimkan dua wakil di final tunggal putra. Indonesia bisa menarik napas lega karena ini artinya, medali emas pertama Indonesia sudah berhasil diamankan. Wakil berikutnya yaitu, tunggal putri, secara mengejutkan juga mampu melesat ke final. Susi Susanti akhirnya berhasil meraih medali emas pertama Indonesia setelah mengalahkan wakil Korea Selatan, Bang Soo-hyun dengan skor 5-11, 11-5, dan 11-3. Setelah itu, Alan Budikusuma menyusul Susi Susanti untuk meraih medali emas kedua bagi Indonesia setelah mengalahkan wakil Indonesia lainnya, Ardy B. Wiranata, dengan skor 15-12 dan 18-13. Pasangan ini menjadi fenomenal karena keduanya kemudian menikah dan menjadi pasangan emas olimpiade, karena sama-sama meraih medali emas olimpiade di nomor yang berbeda. Olimpiade edisi ini juga menjadikan Indonesia meriah pencapaian terbaik sepanjang olimpiade karena berhasil membawa pulang dua medali emas.
Olimpiade 1996 di Atlanta masih memberikan hasil manis kepada tim Indonesia. Medali emas masih berlanjut di sini. Kali ini, giliran ganda putra yang menunjukkan taringnya di ajang olahraga empat tahunan ini. Duet Ricky Subagja/Rexy Mainaky berhasil mengalahkan Cheah Soon Kit/Yap Kim Hock dari Malaysia dengan skor 5-15, 15-13, dan 15-12. Hasil ini menjadikan pasangan Indonesia membawa pulang emas ketiga olimpiade ke Indonesia.
Selanjutnya, di Sydney pada tahun 2000, bulutangkis kembali membawa medali emas ke pangkuan ibu pertiwi. Melalui ganda putra, giliran Tony Gunawan/Candra Wijaya membawa medali emas keempat untuk Indonesia. Mengalahkan Lee Dong-soo/Yoo Yong-sung dengan skor 15-10, 9-15, dan 15-7, Tony/Candra berhak membawa medali emas ke tanah air.
Medali emas masih bisa diperoleh pada Olimpiade Athena 2004. Tunggal putra Indonesia, Taufik Hidayat, berhasil menggondol medali emas kelima untuk Indonesia. Melawan Shon Seung-Mo dari Korea Selatan, Taufik berhasil meraih medali emas setelah bertarung dengan skor 15-8 dan 15-7.
Beijing 2008 menjadi saksi bahwa tim Indonesia masih mampu bersaing di kancah olimpiade. Markis Kido dan Hendra Setiawan menjadi pahlawan dalam edisi ini. Berjuang dengan tiga set, 12-21, 21-11, dan 21-16, unggulan tuan rumah, Cai Yun/Fu Haifeng, harus puas dengan medali perak. Medali emas keenam Indonesia berhasil dibawa pulang oleh pejuang olimpiade bulutangkis kita.
Sayangnya, catatan medali emas yang selalu dibawa pulang Indonesia harus terputus di London 2012. Menjadi pertama kalinya keikutsertaan Indonesia tanpa medali emas setelah lima edisi olimpiade sebelumnya membawa medali emas, tim Indonesia hanya berhasil membawa pulang dua medali perak dan satu medali perunggu. Bulutangkis yang digadang-gadang bisa membawa medali emas harus gigit jari. Tim Indonesia tidak membawa satu keping medali di sini. Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang menjadi harapan Indonesia membawa pulang medali harus pulang dengan tangan kosong setelah kalah dalam perebutan medali perunggu dari pasangan Denmark dengan skor 12-21 dan 12-21. Tentunya, ini menjadi catatan pahit untuk tim Indonesia. Tradisi emas di Olimpiade akhirnya terputus di sini.
Menjadikan pengalaman buruk di Olimpiade 2012 sebagai pelajaran besar, tim Indonesia berhasil melanjutkan tradisi untuk membawa medali emas olimpiade pulang ke tanah air. Kembali disumbangkan oleh bulutangkis, medali emas ketujuh berhasil dibawa pulang pada tanggal 17 Agustus 2016 (waktu Rio de Janeiro). Owi/Butet seakan ingin membayar utang medali pada olimpiade edisi sebelumnya. Dengan dua set langsung, 21-14 dan 21-12, Indonesia Raya kembali berkumandang di pesta olahraga terbesar di dunia.
Kini, Olimpiade berlangsung kembali. Di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda dunia, Tokyo ingin menunjukkan semangat untuk kembali berkarya. Walaupun akhirnya kasus Covid-19 di Tokyo kembali meningkat, namun pergelaran Olimpiade 2020 ini dianggap cukup berhasil.
Tim Indonesia kembali meraih medali emas di sini. Oleh bulutangkis kembali, kini giliran tim ganda putri yang unjuk gigi. Sejak Olimpiade Barcelona 1992, hanya sektor ganda putri yang belum pernah menyanyikan lagu Indonesia Raya sehabis pertandingan final. Jangankan medali emas, medali perunggu pun belum pernah dibawa pulang dari tahun 1992. 29 tahun penantian, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu berhasil mencatatkan diri sebagai peraih medali pertama ganda putri bagi Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, medali emas langsung direbut oleh pasangan yang baru dibentuk pada tahun 2017 ini. Mengalahkan unggulan dua dari China, Chen Qingchen/Jia Yifan dengan skor 21-19 dan 21-15, Greysia/Apri berhak untuk membawa medali emas Olimpiade kedelapan untuk Indonesia.