Lihat ke Halaman Asli

Oktaviani Rizki Handayani

Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, program studi Jurnalistik.

Menelusuri Pemikiran Islam Rasionalis dalam Tubuh Mu'tazilah

Diperbarui: 30 Desember 2023   22:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: Oktaviani Rizki Handayani (Diolah Penulis)

Mu'tazilah adalah aliran pemikiran teologi yang berpengaruh pada awal sejarah Islam. Mereka muncul pada abad ke-8 pada masa Kekhalifahan Abbasiyah. Kata Mu'tazilah berasal bahasa Arab, yakni i'tazala yang berarti "memisahkan" atau "menarik diri". Arti nama dari aliran ini mencerminkan sikap mereka yang "menjauhkan diri" dari gagasan teologis Islam tertentu. Aliran Mu'tazilah sering disebut juga sebagai aliran rasionalis Islam karena beberapa pemikirannya.

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai aliran ini dan mengenai alasan dibalik mengapa aliran ini dikenal sebagai aliran Islam rasionalis. Maka terlebih dahulu kita harus ketahui bersama mengenai sejarah dari lahirnya aliran ini.

Sejarah Lahir dan Berkembangnya Aliran Mu'tazilah

Sejarah dari lahirnya aliran ini bermula pada abad ke-2 Hijriah di Kota Basrah, Iraq. Dimana pada saat itu pelopor atau pendiri aliran ini, yakni Wasil bin 'Atha berbeda pendapat dengan Hasan Al-Bashri yang merupakan gurunya mengenai suatu persoalan. Persoalan yang membuat murid dan gurunya ini berbeda pendapat adalah mengenai status seorang Muslim yang melakukan dosa besar. 

Dalam persoalan ini Hasan Al-Bashri berpendapat bahwa Muslim tersebut masih berstatus sebagai seorang mukmin meskipun ia sudah melakukan dosa besar. Namun, Wasil bin 'Atha berpendapat bahwa Muslim tersebut berada pada posisi tengah-tengah, yakni antara kafir dan mukmin.

Dari perbedaan pendapat tersebut, Wasil bin 'Atha akhirnya memutuskan untuk memisahkan diri dari Hasan Al-Bashri dan Hasan menyebut Wasil sebagai iti'zal (mengasingkan diri) dari barisannya atau dalam kata lain ia sudah bukan lagi murid Hasan. Semenjak saat itu Wasil bin 'Atha mulai menyebar luaskan ajaran atau doktrin dari aliran Mu'tazilah. 

Pada saat itu Bagdad merupakan pusat pemikiran dan keilmuan Mu'tazilah yang penting. Kemudian, dalam perjalanan penyebar luasan aliran ini, Wasil menyebarkan pemahaman filosofis berdasarkan pada akal / rasionalitas dalam membahas segala pemahaman mengenai ilmu-ilmu kalam. Oleh karena itu, berbagai macam syariat yang bertentangan dengan akal serta rasionalitas maka akan ditakwil atau dibersihkan.

Aliran ini tidak hanya berhasil berkembang di Basrah, tetapi juga berhasil berkembang di Baghdad. Selanjutnya, aliran ini mencapai masa emasnya dibawah kepemimpinan Khalifah Abbasiyah Al-Ma'mun. Alasan mengapa aliran ini mencapai masa emasnya pada masa Khalifah Abbasiyah karena di masa Khalifah ini, ajaran-ajaran atau doktrin aliran Mu'tazilah dijadikan sebagai keyakinan resmi kesultanan. Namun, masa emas Mu'tazilah tidak berlangsung lama karena Khalifah setelah Abbasiyah mengalihkan dukungannya kepada aliran teologi Islam lainnya.

Penyebab lainnya dari kemuduran aliran Mu'tazilah adalah karena adanya masalah internal. Dimana pada saat itu terdapat perbedaan pandangan dikalangan pemikir atau tokoh-tokoh Mu'tazilah terhadap suatu konsep teologis. Hingga akhirnya perbedaan pandangan tersebut lambat laun jadi memecah Mu'tazilah dan membawa kemuduran untuk aliran ini. Meskipun mengalami kemunduran, ajaran-ajaran atau pemikiran-pemikiran dalam aliran ini mempunyai pengaruh besar bagi Islam. Salah satu pengaruhnya adalah berkontribusi terhadap perkembangan teologi dan filsafat dalam Islam.

Pemikiran Rasionalis dalam Tubuh Mu'tazilah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline