Dalam pekan-pekan terakhir, nama Titik Soeharto jadi lebih sering disebut. Ikhwal potensi rujuknya dengan Prabowo Subianto kembali ditebarkan. Apakah ini sekadar gincu untuk menangkal ledekan orang soal siapa yang bakal jadi ibu negara jika prabowo jadi presiden?
Bocoran dari kalangan pengusaha sungguh mengejutkan. Kata mereka, isu rujuk itu cuma sampiran belaka. Kehadiran Titiek Soeharto adalah kode politik.
Kode apa? Kemunculan Titiek adalah konfirmasi tentang kesiapan dana untuk menunjang operasi politik tertutup-nya Prabowo-Hatta.
Belum ada yang tahu, operasi seperti apa yang bakal dilakukan. Kata politisi dari partai pendukung, mereka juga hanya dengar-dengar sepintas. Kata seorang dari mereka, “ada disinggung, tapi waktu ditanya, orangnya Pak Prabowo bilang akan didetilkan dulu.”
Berapa banyak yang sudah disiapkan Titiek Soeharto? Pengusaha punya angka yang beragam. Kisaran bawahnya tidak kurang dari Rp 2,5 Triliun. Kisaran atasnya Rp 3 Triliun.
Dari mana duit ini berasal?
Kata seorang pengusaha, Anthoni Salim (Grup Salim) menyediakan Rp 1,2 triliun. Selain mengingat hubungan yang erat di masa lalu dengan Titiek, Anthony juga misi bisnis. Ia ingin mengukuhkan kembali cengkraman bisnis Grup Salim di Indonesia seperti di era Soeharto. Mengenai hal ini, Hashim dikabarkan juga sudah berikan jaminan.
Selebihnya berasal dari sejumlah keluarga pengusaha seperti Keluarga Mochtar Riady (Grup Lippo), Edwin Soerjadjaya, Kel Syamsul Nursalim (Gajah Tunggal), Sukanto Tanoto (Raja Garuda Emas) dan juga ada dari Roda Mas Grup dan Kel Soeharto lainnya (Tutut, Bambang, Kel Sudwikatmono dan Probosutejo).
Jika disimak, mereka adalah para konglomerat lama yang usahanya menggurita di bawah lindungan dan bantuan Soeharto. Mereka mengidam-idamkan kembali suasana berbisnis di era orde baru. diproteksi dari persaingan, mudah dapat konsesi dan selalu ada ‘negara’ yang jadi penyangga jika terancam bangkrut.
Mereka akan kembali. Melalui Titiek yang bersedia membuka lembaran baru bersama Prabowo. Membuka lembaran baru belum tentu kembali tinggal seatap. Lagi pula, Titiek juga dulu banyak berkongsi bisnis dengan Hashim Djojohadikusumo.
Beberapa nama seperti James Riady dan Prayogo Pangestu memang pernah disebut-sebut mendukung Jokowi. Tapi, karena satu dan lain hal, akhirnya mereka justru bergabung dengan Prabowo. Tapi, duit dari mereka dipakai untuk keperluan berbeda. Salah satunya, membiayai ‘mahar’ ke PKS yang mencapai Rp 250 milir.
James berpaling ke Prabowo karena merasa tidak dapat kepastian mengenai konsesi bisnis yang ia dapat jika Jokowi menang. Ia sangat khawatir Jokowi sulit diajak ber-hengky-pengky’. Pengalaman di Jakarta mengindikasikan hal tersebut. Sementara, Hashim lebih diyakini bakal memberi balas budi. Namanya juga pengusaha, tentu saja mencari yang pasti-pasti, bukan?
Para pendukung Jokowi-Kalla sudah sepatutnya waspada. Konglomerat selalu punya jalan untuk kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H