Lihat ke Halaman Asli

AC Oktavia

Belajar peduli

Beauty is Pain, Mengapa Harus Begitu?

Diperbarui: 8 April 2021   10:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

cantik itu menyakitkan? benar ga sih? (sumber: shutterstock)

Terpaksa terus berada di rumah hari-hari ini, membuat saya banyak bersinggungan dengan ibu dan adik perempuan saya. 

Karena pada dasarnya saya belum peduli dengan segala tetek-bengek "mengurus diri", jadilah saya bulan-bulanan ibu dan adik saya yang memaksa saya untuk diet, mengoleskan berbagai ramuan ke wajah dan kulit saya, hingga memperbarui koleksi baju saya yang belum berganti sejak masa SMA.

Suatu hari ibu dan adik saya berhasil menggeret saya ke salon kecantikan untuk menerima perawatan wajah. Sekeluarnya saya dari ruang perawatan---dengan wajah merah bekas pencetan-pencetan yang mengeluarkan komedo---adik saya menyambut saya dengan tawa, sambil berkata "Memang harus begitu kak, beauty is pain." Kata-kata adik saya ini membuat saya berpikir banyak hingga hari ini. Mengapa harus begitu?

Rekan-rekan perempuan pasti menyetujui semboyan "beauty is pain" ini. Kita akrab dengan segala macam usaha dan perjuangan untuk membuat diri kita lebih sesuai dengan standar kecantikan. 

Sakit di sini bisa mengambil banyak bentuk, mulai dari menahan lapar atas nama diet, mengalokasikan sebagian anggaran untuk membeli peralatan make-up dan perawatan, hingga rajin memperbaharui koleksi baju mengikuti tren. Saya rasa sebagian besar---apabila bukan semua---rekan perempuan sedang melakukan berbagai tingkat pengorbanan untuk menjadi cantik.

Di hari-hari sekarang ini, menjadi cantik adalah hal yang penting. Cantik bukan hanya masalah menggaet perhatian laki-laki. Kecantikan adalah sebuah komoditas.

Baca Juga: Beauty Standard Salah Siapa?

Lihat saja beberapa pekerjaan yang menampilkan prasyarat "berpenampilan menarik". Kita semua juga pasti akrab dengan situasi-situasi dimana rekan perempuan yang dianggap cantik lebih banyak didengar, diperhatikan, dan diperlakukan baik. Ada kekuatan di balik kecantikan bagi mereka yang bisa menggunakannya.

Istilah kecantikan dari dalam (inner-beauty) rasa-rasanya hanya sekedar kata-kata manis. Saya tidak banyak melihat penghargaan nyatanya di lingkungan sekitar saya. 

Tentu saja sifat, karakter, dan kemampuan adalah hal yang penting tapi cara seseorang menampilkan dirinya selalu dilihat terlebih dahulu. 

Orang-orang yang tidak mempedulikan penampilannya, seringkali membutuhkan waktu lebih banyak dan usaha lebih nyata sebelum mendapatkan perhatian.

Saya paham dan mengakui kecantikan jaman sekarang adalah kecantikan hasil usaha yang tidak sedikit. Cantik saat ini lebih banyak diartikan dalam konteks "sehat, bersih, dan terawat" alih-alih cantik bawaan dari lahir. Hal ini membuat cantik "bisa" diraih dan diusahakan oleh semua orang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline