Indonesia dikenal sebagai negara yang plural dan multikultural. Sebenarnya apasih pluralisme dan multikultularisme itu? Mari simak pembahasannya berikut ini.
Pluralisme adalah paham menghargai perbedaan di tengah kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Artinya paham mau menerima keberagaman untuk hidup toleran di tengah perbedaan suku, golongan, agama, ras, budaya, adat istiadat dan juga pandangan hidup.
Menurut Yusuf Abdhul (2021), pluralisme terdiri dari lima macam antara lain:
- Pluralisme budaya, yaitu kondisi budaya yang beranekaragam (majemuk) yang mana istilah ini menggambarkan penerimaan budaya alternatif.
- Pluralisme agama, yaitu konsep yang berkaitan dengan penerimaan perbedaan agama berupa perbedaan keyakinan dan juga perbedaan cara sembahyang.
- Pluralisme sosial, yakni paham yang menerima keberagaman berupa sikap saling menghargai dan menghormati dalam interaksi sosial dalam suatu tatanan sosial.
- Pluralisme ilmu pengetahuan, yaitu paham mau menerima keanekaragaman ilmu pengetahuan yang muncul sebagai bentuk pertumbuhan ilmu pengetahuan.
- Pluralisme media, yaitu paham mau menerima keberagaman teknologi baik dalam bidang informasi maupun transformasi.
Multikulturalisme terdiri dari dua kata, yaitu multi yang berarti "banyak" sedangkan kulturalisme artinya aliran/ideologi budaya. Jadi Multikulturalisme dapat diartikan sebagai pandangan tentang ragam kehidupan di dunia, atau kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan tentang adanya keragaman, kebhinnekaan, pluralitas, sebagai realitas utama dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem sosial budaya.
Kita ketahui bersama bahwa negara kita adalah negara yang majemuk. Artinya Indonesia memiliki beragam suku, ras, agama, sosial budaya, adat istiadat, bahasa, kehidupan ekonomi dan sebagainya. Dengan kemajemukan tersebut menjadikan indonesia kaya akan budaya. Untuk dapat menjaga keutuhan serta persatuan bangsa di tengah-tengah perbedaan maka diperlukannya kesadaran dan kesediaan masyarakat untuk saling menghormati dan saling menghargai.
Sikap saling menghormati dan saling menghargai di tengah perbedaan yang dimaksud adalah sikap toleransi. Toleransi merupakan fondasi utama dalam membangun kehidupan yang damai dalam masyarakat plural. Sikap toleransi penting dalam menjaga persatuan bangsa, kerukunan bermasyarakat, memunculkan nasionalisme, dan juga memperkukuh kesatuan Indonesia. Bayangkan saja bagaimana kondisi negara ini jika tidak ada toleransi di antara masyarakatnya?? Tentu saja negara yang sudah dibangun dan diperjuangkan dengan susah payah oleh para pahlawan kita akan hancur berantakan.
Namun dewasa ini, masih banyak saja masyarakat yang rasis akan kepercayaannya, utamanya dalam bidang agama. Rasis berarti sikap merasa paling benar dan paling unggul di antara perbedaan yang ada. Rasisme beragama sering terjadi di kalangan umat Islam. Sebagian aliran Islam menganggap bahwa kepercayaan mereka lah yang paing benar dan paling sempurna ibadahnya serta menganggaop golongan lain mengada-ngadakan ajaran baru jika tidak sesuai dengan kepercayaan yang mereka anut. Sehingga kelompok tersebut mudah terpengaruh oleh ajaran sesat dengan membawa-bawa nama jihad menegakkan agama yang benar.
Semboyan Bhineka Tunggal Ika juga belum dapat diiplementaskan dengan sepenuhnya. Masih banyak saja sikap intoleransi yang berkembang di masyarakat. Kaum-kaum mayoritas sering mendriskriminasi kaum minoritas dan lemah. Beberapa contoh kasus intoleransi yang terjadi di Indonesia antara lain:
- Penolakan acara sedekah laut. Kasus ini terjadi di daerah Pantai Baru, Srandakan, Bantul pada Oktober 2018 lalu. Segerombolan orang tak di kenal datang ke upacara sedekah laut yang diadakan warga daerah Bantul dan mengacak-ngacak properti yang digunakan. Mereka menganggap bahwa sedekah laut merupakan ajaran syirik, musyrik dan bertentangan dengan agama. Padahal tradisi ini merupakan acara tahunan dan mampu meningkatkan kunjungan wisatawan.
- Warga non muslim ditolak di Pedukuhan Karet, Bantul. Kasus ini terjadi lantaran Kepala Pedukuhan Karet menolak Slamet beerta anak dan istrinya untuk bermukim di dukuh tersebut melainkan hanya diberi waktu enam bulan saja, lantaran Slamet beragama Kristen. Menurut Kepala Pedukuhan Karet, Iswanto, setiap pendatang baru harus beragama Islam, sama seperti mayoritas penduduk dukuh tersebutu.
- Pameran seni Widji Thukul dibubarkan. Puluhan anggota ormas datang ke lokasi pameran puisi Widji Thukul di Kantor Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia, Bantul untuk membubarkan acara tersebut. Mereka juga mengambil paksa lima karya dan beberapa lembar puisi Widji Thukul. Padahal acara ini merupakan acara kebebasan pers.
Kasus-kasus tersebut menandai masih minimnya sikap toleransi diantara masyarakat. Mayoritas masyarakat masih merasa mereka miliki hak untuk mengatur kaum minoritas, apalagi dalam hal keyakinan. Masyarakat seharusnya sadar bahwa Indonesia merupakan negara plural yang kaya akan budaya, adat istiadat, dan juga agama. Minimnya kesadaran masyarakat akan pluralisme dan multikulturalisme membutuhkan peran aktif dari pemerintah untuk mengedukasi aturan hidup dalam keberagaman.
Bagaimana cara menumbuhkan sikap toleransi ditengah masyarakat yang plural dan multikultural?
Sikap intoleransi dan rasisme haruslah kita hindari karena bisa merusak kerukunan, mengancam persatuan dan kerukunan bangsa. Berikut ini adalah cara menumbuhkan sikap toleransi ditengah masyarakat yang plural dan multikultural.
- Menghargai dan menghormati perbedaan. Kita harus ingat bahwa Tuhan menciptakan manusia berbeda antara satu dengan yang lain. Tiap orang memiliki jalan fikiran dan ciri khas yang berbeda-beda. Apalagi bangsa Indonesia adalah bangsa yang multikultural. Pemerintah Indonesia juga telah memberikan kebebasan kepada rakyatnya untuk berpendapat, berkarya, memeluk agama, dan lain sebagainya, selama tidak melanggar undang-undang. Sehingga kita sebagai masyarakat sipil dan makhluk-Nya wajib menghargai dan menghormati perbedaan tersebut.
- Berusaha menerapkan Basic Manner "permisi, tolong, maaf, dan terima kasih" saat berbicara dengan orang lain. Jika kita menerapkan basic manner dalam berbicara serta menggunakan bahasa yang sopan, maka kemungkinan untuk terjadi kesalahpahaman akan minim. Karena sebagian besar masalah datang dari kesalahpahaman penafsiran.
- Tidak memaksakan kehendak kita kepada orang lain.
- Menghargai privasi orang lain. misalnya tidak menggunakan barang orang lain tanpa izin, mengetuk pintu sebelum masuk kamar, dll.
- Menghargai dan menghormati hak orang lain
- Tidak mendeskriminasi atau membeda-bedakan orang berdasarkan SARA
- Tidak menyakiti atau mengganggu kebebasan orang lain baik dalam memilih agama, keyakinan politik, dan memilih kelompok