Lihat ke Halaman Asli

Oktavia Wijaya

Content Writer

Tulisan Singkat dari dan untuk Calon Orang Tua

Diperbarui: 26 Maret 2019   16:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Dalam hidup, manusia sering dihadapkan pada pilihan-pilihan. Ada yang bisa diputuskan dengan mudah, ada juga yang sulit. Setiap keputusan yang diambil harus dipikirkan dengan matang, tapi tak jarang pula yang memilih untuk memakai insting dalam menentukan pilihan.

Sebagai orang tua, anak adalah hal yang paling berharga, bahkan mungkin lebih berharga daripada dirinya sendiri. Saking sayangnya, terkadang orang tua merasa bertanggung jawab atas kehidupan anaknya termasuk dalam menentukan sebuah pilihan.

Orang tua mana sih yang membiarkan anaknya kesusahan? Tapi, apakah merencanakan kehidupan anak tanpa mendiskusikan dengan anak tersebut adalah sesuatu yang tepat?

Ketika berada di tahun terakhir SMA, aku bercita-cita untuk menjadi seorang arsitek. Setelah berselancar di dunia maya, aku menemukan informasi mengenai seleksi masuk perguruan tinggi di BINUS dan aku tertarik untuk mencoba.

Formulir pendaftaran dan semua persyaratan terisi penuh, dengan yakin aku memilih program studi Arsitektur. Saat itu aku mencoba jalur beasiswa yang jumlahnya akan tergantung dari hasil test.

Singkat cerita, aku berhasil menyelesaikan rangkaian test yang disediakan, termasuk menggambar dan hasil akhirnya aku diterima disana dengan beasiswa. Bisa membayangkan rasanya bisa mencapai apa yang dicita-citakan? Senang sekali. Tapi rasa senang tersebut tak berlangsung lama karena tiba-tiba aku diarahkan untuk memilih jurusan ekonomi.

Ternyata patah hati yang ini lebih sakit daripada cinta bertepuk sebelah tangan. Saat itu aku tidak bisa bernegosiasi, argumenku lemah, jadi mau tidak mau aku harus menuruti apa yang diarahkan. Akhirnya, aku diterima di sebuah universitas negeri dengan jurusan manajemen. Tapi hambar, beda dari sebelumnya.

Aku menyelesaikan masa studiku selama  3,8 tahun dan di wisuda. Saat lulus dan menjadi seorang sarjana, aku lega. Aku bisa menyelesaikan bakti kepada orang tua, aku bisa menjadi seorang sarjana ekonomi yang selama ini orang tuaku cita-citakan.

"I'm done. And now, let me choose my own life.", begitu pikirku.

Aku tidak marah, tidak pula menyesal. Ilmu yang aku dapatkan juga bermaanfaat. Mungkin awalnya aku kecewa, tapi akhirnya aku belajar banyak dari situasi tersebut.

---

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline