Lihat ke Halaman Asli

Festival Day of the Dead Ketika Kematian Dirayakan

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Belum lama ini ada acara kelas dunia bertajuk hantu, yang bermaskot buah labu. Acara bernama Halloween yang hampir di tiap negara ikut merayakannya.

Berbeda anggapan saya tentang kematian adalah hal yang menakutkan, namun ia justru malah menginspirasi banyak festival dan ritual di berbagai penjuru dunia. Salah satunya Day of the Dead di Meksiko.

Kematian tidak dapat menghapus kenangan seseorang dibenak mereka yang telah ditinggalkan. Itulah sebabnya agenda rutin masyarakat biasa disebut ziarah, sering dilakukan setiap tahun. Tak terkecuali di negara kita, mengunjungi makam sanak saudara yang telah meninggal untuk berdoa dan menabur bunga adalah hal yang lumrah dilakukan, terutama menjelang atau sesudah hari raya, dan moment penting lainnya.

Di manapun tempatnya, ritual dan festival yang berkaitan dengan kematian memiliki sejarah yang panjang. Bahkan sebagian telah diselenggarakan ribuan tahun sebelum masehi, seperti Halloween, katanyasih halloween berakar muasal dari ritual pagan, yaitu festival panen Samhein dari kepercayaan Gaelic.

Tak jauh berbeda dengan Halloween, festival Day of the Dead ini yang berada di Meksiko diyakini terinspirasi dari Samhain. Bedanya jika Halloween menempatkan kematian sebagai hal yang menakutkan, Day of the Dead memposisikan kematian sebagai sesuatu untuk dirayakan. Dalam hal ini, yang dirayakan adalah kenangan dari mereka yang telah meninggal dunia.

Saat ini festival Day of the Dead adalah salah satu festival terbesar yang di selenggarakan secara serentak di seluruh penjuru Meksiko selama dua hari berturut-turut, yakni setiap 1-2 November. Di negara tersebut, festival ini telah di tetapkan sebagai hari libur nasional, ajaib sekali ya pemerintah Meksiko. Namun dulu, berabad-abad lampau, saat bangsa Spanyol untuk pertama kali memijakkan kaki di Meksiko dan melihat festival yang diwariskan dari penduduk lokal ini, mereka sempat terkejut.

Memang harus diakui, bagi kita yang kerap menganggap kematian sebagai hal yang menakutkan, kombinasi kata kematian dan perayaan dalam satu kalimat bisa menjadi hal yang aneh, sangat aneh. Tapi faktanya kalian lihat sendiri, rakyat Meksiko menganggap acara ini adalah sebagai acara yang hebat dan penuh kesan, sehinnga cukuplah bagi mereka untuk mempererat tali persaudaraan.

Perayaan hari pertama adalah menghiasi kuburan anak-anak dengan boneka, balon atau mainan.
Perayaan hari ke dua, menghiasi kuburan orang dewasa dengan meja, altar, bunga, dan sebagainya.

Saya sendiri tidak punya minat sama sekali untuk ikut ajang seperti ini, terutama masalah tema-nya. Lebih baik kita memikirkan saja bagaimana caranya masuk surga. Jika kita mati dalam kondisi khusnul khatimah, saya akan bilang Alhamdulillah. Ucapan syukur karena mati dalam keadaan baik, karena mati tidak dalam kondisi buruk.

Apabila sebaliknya, meninggal dalam kondisi su'ul khatimah, maka saya akan sedih melihat mayatnya, tak terbayang kelak begaimana dia disiksa di neraka karena meninggal dengan kondisi buruk,

Lantas, kesimpulnnya... Pantaskah jika ternyata orang yang meninggal adalah orang yang siap menghuni neraka, lalu kita rayakan besar-besaran, apakah nggak kasihan?? Terlepas dari semua agama.

Ini tidak mutlak, hanya pendapat saya saja, dan jangan salah kaprah.

Okta Aditya

Saya ambil dari berbagai sumber.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline