Lihat ke Halaman Asli

Cerita saya di balik menonton langsung timnas berlatih

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Hari jum'at kemarin saya membaca postingan mas Zen Mutaqin tentang berita bahwa kemarin ( sabtu pagi ) timnas akan berlatih pertandingan laga secara fulltime 2 X 45 menit, dan katanya pelatih Nil Maizar juga membolehkan masyarakat umum untuk melihat secara langsung dan gratis masuk ke Stadion Utama Gelora Bung Karno, Kesempatan emas inipun tak saya sia-siakan, serasa saya ingin memberikan suport lebih nyata kepada para pemain dan pelatih yang konon katanya dari sisi kanan, kiri, atas dan bawah di gembosi beramai-ramai secara continue dan mematikan, oleh sebuah kelompok yang menurut saya adalah separatis olahraga bola di Indonesia. Jangon mereka penyelamat sepakbola, tapi faktanya dari desas-desus gonjang-ganjing, malah berlainan dan sangat tendensius ingin mengkudeta, ingin mengembalikan adat-istiadat, meneruskan sistem monarki Nurdin Halid, mereka duduk berkorupsi, pengaturan skor, dan sebagainya yang berbau mafia bola politik. Tepat jam 6 pagi waktu Jakarta Selatan, saya berangkat menuju SUGBK untuk timnas. ya, saya pagi itu sangat gembira sekali, dengan bangga saya " menyombongkan " diri memakai kostum kaos tim nasional Indonesia, garuda ada di dadaku, sebuah kebanggaan yang hampir setara dengan kebanggaan saya memiliki keluarga yang peduli dengan perjuangan hidupku ini. Jalanan pagi itu masih lenggang, jln di depan gandaria city ( markas kopdar kompasiana ) yang biasanya macet terlihat sepi sekali oleh aktivitas warga, menggeber motor saya hingga 80-100 km/jam serasa tanpa halangan, sesekali mungkin pelan karena jalan aspalnya tidak rata dan berlubang, memasuki area kawasan tertib lalu lintas thamrin-sudirman masih terlihat sepi, hanya 1-2 polisi bersiap-siap mengatur lalu lintas di perempatan Blok M - Fatmawati yang merupakan perbatasan kawasan tertib. Ratu plaza telah terlewati, maju sedikit belok ke arah jalan pintu satu senayan, terlihat jelas gapura bertuliskan " Selamat Datang Di Komplek Gelora Bung Karno " , tulisan dan arsitek yang agak jadul dan kusam, tapi tidak mengurangi sisi wibawa dan eksotik kemegahan kompleks olahraga paling ramai aktivitas ini, bazar, konser, bulu tangkis, istora, golf, baseball, tenis dan sebagainya. Setelah memutar balik, masuk ke loket tiket parkir dengan membayar dahulu senilai, Motor 2.000 rupiah saja, memasuki area Gelora, denyut olahraga mulai terasa, ada yang jogging, senam, yoga, bahkan ada pula yang sudah hadir dari daerah club sepeda pixy yang di naikkan dalam sebuah colt, pagi itu menunjukkan pukul 07.45. Saya lantas memakirkan motor di ring 2, tepat di depan pintu Ring 3 ( di ring 2 motor masih bisa masuk ) parkir preman yang tanpa tiket atau kartu sebagai tanda parkir, yang ada hanya bertuliskan " parkir motor 2.000 Harap tunjukkan STNK saat keluar " begitulah bunyinya. Saya tak tahu apakah sistem keamanan ini bagus apa tidak, mengingat pada saat Ring 1 saya di suruh membayar lansung, berarti pada saat keluar komples tidak ada antri-antrian untuk membayar atau sekadar pemeriksaan, ( agak riskan juga ) saya kira pengelola harus memperbaiki sistem ini. Se enggaknya samalah seperti di mall-mal atau dikantor-kantor. Di ring 2 ini, selain ada parkir yang biasanya hanya ada di ring 1, ada pedagang asongan, pejual alat olahraga ( saat itu hanya ada pejual alat tenis simple, yakni berupa satu raket dan satu bola yang di ikat dengan tali karet, sehingga jika bermain cukup satu orang saja ) dan pejual berbagai makanan lesehan banyak sekali, ditrotoar mereka berjualan kuliner semacam nasi pecel madiun, lontong sayur betawi, bubur ayam, ketoprak, hingga gado-gado, saya mencoba nasi pecel madiun pak Slamet. rasanya tak jauh beda dengan nasi pecel yang ada di tempat lain, hanya, harganya saja yang membuat kantong terkuras, nasi dengan telor dadar dengan teh manis hangat, harus merogoh kocek senilai 18.000 rupiah. Untuk Ring 2 ini, pengelola kelihatanya berhasil dalam mengatur pedagang supaya tidak masuk di Ring 3, mungkin ini kebijkasanaan untuk sterilisasi. ( Walau akhirnya masih ada juga di ring 3 aktivitas bisnis ) Di ring 3, suasana makin terasa riuh dan ramai, orang sudah berdatangan untuk berlari mengitari stadion yang sangat megah ini, suara-suara mereka masih kalah jauh dengan suara cicit-cicit burung walet yang berada diatas plafom stadion sambil berterbangan, sangat banyak sekali, entah sengaja di biarkan atau tidak, masih tanda tanya. Diantara mereka, saya tidak atau belum melihat adanya suporter yang memakai kostum timnas, dan saya belum mendapati gelagat mereka, mayoritas pagi itu adalah anak-anak sekolah SMP-SMA yang sedang siap-siap untuk megikuti mata pelajaran olahraga ( mungkin ujian ), abg-abg yang manis-manis dan cantik, :) ada yang menarik perhatian saya di ring 3 ini selain burung walet, yakni orang yang menawarkan jasa mengecek kesehatan dengan peralatan mereka yang berada di meja. Penawar jasa ini sangat banyak, ada dari kalangan dinas kesehatan ( mungkin ), amatir, dan bahkan ada yang mengaku dari mahasiswa Universitas Indonesia ( saya lihat dari plang nya yang bertuliskan " fakultas Kedokteran UI " dan jaket kuning mereka ). Ternyata di ring 3 ini tidak steril, masih ada yang bertujuan bisnis. heeee... Setelah mengelilingi hampir separo stadion, akhirnya saya melihat ada celah pintu kecil yang terbuka, terlihat di dalam stadion banyak sekali anak-anak yang sudah masuk, saya pun dengan sigap menghampiri pintu. Dan apa yang terjadi? Sang penjaga pintu bertanya kepada orang yang ada di depan saya ( dari tampilannya khas wartawan ). " Mas nggak boleh masuk, ini khusus anak sekolah ", di jawab " katanya gratis pak! " , " wah saya nggak tahu mas!!, ini sudah amanat dari pengelola ". Alhasil orang tersebut pun balik badan dan ngeloyor pergi sambil memegang hp tanda bersiap untuk menelepon. Saya pun kecewa dan ikut lemah dengan kejadian ini. Benakku, mungkin pemain timnas belum datang, sebab itu Nil Maizar mungkin belum mengkonfirmasi kepada sang pejaga pintu ( sektor 29 kalau tidak salah posisi saya ). Dan benar saja! Selang beberapa menit, bus besar warna abu-abu dengan tulisan berwarna merah " PSSI Persatuan Sepak Bola Indonesia " datang, pertanda bahwa itu adalah bis yang ditumpangi para pemain timnas dan oficial tim, bus yang sudah kelihatan berusia tua, banyak cat yang terkelupas menimbulkan karat di body bis itu, bus model lama dan mungkin dengan perawatan yang pas-pasan. Satu persatu pemain keluar dan langsung cepat memasuki area stadion, saya menunggu sebentar sambil memandangi, berfikiran inilah pemain harapan rakyat seluruh Indonesia, harapan dimana supremasi piala AFF bisa diangkat oleh mereka, terbesit juga rasa belas kasihan, trenyuh dan miris meyayat hati melihat nasib mereka yang diterpa segala badai cobaan yang mendera, saya merasakan sekali sebuah chemistry luka, merasakan fitnah yang diterima, hujatan, makian, ledekan, pengembosan, pengkerdilan, hasutan dan sebagainya yang diterima mereka, dari musuhnya para pendukung KPSI/ISL/TRG. Melalui media corongnya tv one dan antv, dengan begitu, para antek-antek KPSI leluasa membuat hegemoni Bad news Good news untuk timnas PSSI. Sehingga menggiring masyarakat awam ikut-ikut mencemo'oh timnas PSSI. Sungguh keterlaluan mereka, memberitakan sesuatu yang tidak objektif, berita tentang pemain yang tak mau bergabung, club yang tak memberikan ijin, mempora yang tak mau juga mencairkan dan timnas tidak diberitakan sama sekali oleh dua stasiun tv partai kuning tersebut, jika PSSI ada berita buruk baru-baru ini masalah Diego Micheals, 2 stasiun tv tersebut malah sangat antusias sekali melahap habis dan dijadikan headlines kabar utama dalam berbagai acara berita. Sungguh keterlaluan dan sangat ironi sekali, pemberitaan itu ditambah pula dengan ketidak berimbangan sumber, mereka se akan-akan memojokkan sauatu golongan ( PSSI ), masyarakat digiring habis supaya ikut dalam propaganda mereka, tv one dan antv sudah lupa dengan “Wartawan Indonesia menyajikan data secara seimbang&adil mengutamakan kecermatan & kecepatan serta tidak mencampuradukkan fakta&opini sendiri,”? Tidakkah juga sebelumnya pada pasal 2 KEJ PWI telah ditegaskan : “Wartawan Indonesia dengan penuh tanggung jawab & bijaksana mempertimbangkan patut tidaknya menyiarkan berita, tulisan, atau gambar yang dapat membahayakan keselamatan & keamanan bangsa & kesatuan negara”?, mereka ingkari semua! Propaganda mereka akan terus berlanjut sampai mereka kalah bahwa KPSI memang harus dimatikan dan mereka sdar bahwa mereka ilegal secara hukum tertulis maupun hukum dari masyarakat. Atas usaha mereka, imbasnya, saya pun ditanyai oleh seorang yang dekat dengan saya dengan ucapan " ngapain kamu ke GBK? Lo mau ganti'in Diego Micheal ? " ... Saya pun tersenyum dan hanya menjawab " saya hanya pengamat bola Pak, ''.. Ironi bukan... Ternyata dipikiran seseorang yang tidak tahu menahu tetang bola hanya tahu tetang pemberitaan di media tv yang memang tv one basis pemirsanya sangat banyak sekali, orang awam kebanykan hanya tahu apa yang diberitakan di tv, dan mahfum-mahfum saja, mengiyakan tanpa menyelidiki lebih lanjut, mereka tidak tahu berita gempar tentang firman utina, fery rotinsulu, ponaryo, m ridwan dll yang menolak nasionalisme demi periuk nasi, pemain tersebut lupa dengan nasionalisme harga mati! Mereka lebih suka di analogikan sebgai karyawan sebuah perusahaan, dan harus tunduk sujud dengan perintah club, walaupu negara butuh tenaganya, apa boleh buat, kasus mereka tersebut di dalam otoritas KPSI, dan pemain lebih senang memanjakan perutnya, tapi dibalik penghianatan pemain yang dicekoki KPSI, masih ada pemain yang berjiwa nasionalisme sejati, BP, dan eli aiboy. Kembali ke dalam cerita, Setelah pemain masuk stadion, selang beberapa menit, banyak orang yang ikut memasuki, saya pun terasa kembali bersemangat, pertanda pintu masuk boleh untuk umum. Memasuki di dalam stadion, nuansa kemegahan SUGBK terasa sekali, tribun-tribun terlihat bersih berwarna warni sesuai kelas masing-masing. Ternyata di dalam sudah banyak sekali anak-anak sekolah tadi yang sedang berlari mengitari pinggir lapangan, ada juga yang ikut antusias melihat timnas berlatih ringan, setelah selang kemudian pertandingan dimulai antara Timnas A dan timnas B sesuai komposisi Nil Maizar. Saya kemudian duduk ikut duduk di pinggir lapangan berbaur dengan anak-anak sekolah, " pertandingan seru! Eh BP manasih? Irfan bahdim mana?"" Celoteh cewek-cewek sekolah kepada rekan-rekannya, mereka masih terbilang polos dengan situasi dualisme ini, mereka masih lugu dengan adu cekcok dari dualisme ini, mereka bahkan juga masih awam sekali jika di haruskan ditanyai seputar koin untuk timnas, saya kira pun demikian, saya memberanikan diri menanyakan seputar koin timnas, dan benar saja, mereka geleng-gelang kepala tanda tidak tahu. Mungkin benak saya tv one sudah berhasil memblokade pemberitaan timnas yang terus menerus di gembosi oleh kepentingan politik, mempora ikiut-ikutan dalam pemgkerdilan bejat inipun mereka tidak tahu. Sungguh KPSI melalui media corongnya sangat agresif sekali! Mem blow up berita buruk, tapi berita yang layak, tidak mereka beritakan, Laga sudah dimulai lama, saya melihat banyak juga para wartawan yang hadir dengan camera yang canggih, ada juga yang membawa video recorder ala satsiun tv beserta dudukannya, mereka ada 2 ( yang saya lihat ), sedangan wartawan pothogarfer sangat banyak, saya juga melihat suporter yang membawa 2 spanduk bertuliskan " kami datang untuk pahlawanku " dan suporter dati FDSI yang membentangkan spanduk bertuliskan Koin Untuk Timnas Indonesia " di spandul ini sudah penuh dengan coretan ratusan bahkan ribuan tanda tangan dari simpatisan timnas PSSI. Selang setengah jam, saya memutuskan untuk menonton pertandingan dari tribun vvip, kebetulan sengaja dibuka, sedangkan tribun ekonomi ditutup. Van bekeukering memasukkan gol pertama, pemain ini tampilanya bule sekali, kekar tinggi, wajah dan kulit mirip wayne rooney, golnya memafaatkan kesalah kiper, aplaus bergemuruh dari penonton yang melihat, selang beberapa menit Bambang Pamungkas memyamakan kedudukan menjadi 1-1 , jalannya pertandingan sangat seru, saya sangat menikmati diaatas tribun, bentuk permainan sudah tepat pada karakter masing-masing pemain, mereka sudah cukup agresif dan sudah matang dari segi kekompakan, saya memprediksi Indonesia tetap akan ke final dan juara, walau pemain-pemain timnas konon katanya kalah jegerrr dengan timnas bentukan KPSI yang merekrut dari liga tergemerlap, terhebat, teramai, terbaik sealam semesta dan ter ter ter lainnya.... Heheheheheeee.......... Babak kedua dimulai, saya masih di tribun vvip, yang sepi, karena kebanyakan penonton yang sekitar 450 orang lebih memilih melihat di pinggir lapangan yang hanya berjarak seperti garis pelatig dengan garis pertandingan, mungkin penonton ada yang ingin melihat pemain lebih dekat, atau sekadar memotret mereka suapaya lebih jelas. Memang ini kesempatan yang langka melihat pemain timnas sedekat itu. Bepe kembali mencetak gol yang membawa tim putih unggul 2-1. Namun, skor itu tidak bertahan lama karena Vendry Mofu berhasil menyamakan kedudukan menjadi 2-2 setelah mampu menaklukan kiper Wahyu Tri. Pada menit -35, pemain asal Papua tersebut kembali mencetak gol sekaligus mengunci skor di angka 3-2. Pertandingan pun telah usai. Pemain berkumpul di pinggir lapangan dan menjalani gerakan-gerakan olahraga untuk mengatisipasi keram otot, setelah beberapa menit, pemain membentuk sebuah lingkaran, mendengarkan apa yang di arahkan oleh coach Nil Maizar, tiba-tiba penonton juga ikut mengelilingi mereka, saya masih di atas tribun dengan beberapa segelintiran orang saja, Tiba-tiba dari arah berkumpul tadi terdengar suara gemuruh dari penonton meneriakkan " Indonesia, Indonesia, Indonesia !!! " Berulang-ulang, saya pun kecewa karena telat untuk turun dan bergabung dengan mereka, setelah itu, kemudia pemain beranjak dari lapangan menuju pintu keluar untuk memasuki bis, Pelatih Nil Maizar masih berda di lapangan dengan di dapingi sang asisten pelatih saja, coach sedang diwawacarai oleh stasiun TVRI, terlihat dari kotak merk di microfonya, dan beberapa wartawan dari tabloid, radio maupun koran, saya tidak mendengar arah pembicaraan itu, karena penonton terlalu ramai dan berebut untuk mendekat sekadar ikut mendengar, Nil Maizar sangat bersahaja dalam tampilanya, menjawab dengan sabar berbagai pertanyaan wartawan. Kira-kira 20 menit sesi tanya jawab, pelatih menyudahi, akan tetapi, penonton ada yang ingin mengajak foto bareng dengan pelatih, satu persatu mereka berebutan, bergiliran dan tertib, Nil Maizar sangat respec dan peduli dengan penonton yang ingin foto dengannya, beliau menangapi dan memeluk setiap penonton yang ingin berpose dengannya, sungguh suatu hal yang langka, dimana setiap orang terkenal jarang sekali jika diajak berfoto selalu berpose memeluk sang fans, saya pun juga ikut andil dalam foto bareng sang pelatih, tidak lupa juga saya berpesan, Saya mengatakan " coach, bikin malu KPSI ya!, beliau menjawab " pasti dek, doakan saja , " alhamdulillah... Makasih coach.. !!! ( Ini serius gan, heheee ) Saya pun akhirnya tengelam dalam penonton yang menyeret coach untuk berfoto bareng lagi, Kemudian beberapa saat, Terlihat dua selang besar penyemprot air dengan tenaga yang sangat kuat sehingga menimbulkan tembakan air yang panjang dan deras sekali, seperti air macur bundaran HI, selang itu berduduk kearah agak keatas untuk membasahi rumput lapangan, satu mesin satu operator dari dua sisi masing-masing satu. Coach sudah terasa tergusur dengan keberadaan alat itu, alhasil coach undur diri kepada penonton dan mengatakan terima kasih telah mendukung latihan timnas. Itulah cerita saya dibalik latihan laga hari sabtu kemarin pagi pukul 07.00 hingaa hampir pukul 10.00 pagi. Saya sangat kecewa dengan ulah KPSI yang menahan semua pemain ISL yang dipanggil untuk bermain di timnas, dan saya juga kecewa dengan para pemain yang lebih tunduk kepada kepetingan club daripada kepentingan negara, mereka mungkin binggung atau memang sengaja ingin ikut-ikutan mengembosi timnas, akan tetapi, timnas adalah timnas, sekumpulan orang yang bermain dengan jiwa nasionalisme tinggi, daripada periuk nasi. Dulu Aremania sangat benci kepada PSSI era Nurdin Halid, dengan membuat lirik lagu ini ; Di neraka nggak ada Aremania, Di neraka nggak ada Luna Maya, Di neraka yang ada PSSI bangs*t, Di hukum, cambuk malaikat. Akan tetapi, lagu hanya sebuah lagu, sekarang Aremania telah di akuisisi okeh antek Nurdin Halid, yaitu Keluarga Besar Bakrie cs, yang merupakan pemilik media tv one, corong media KPSI ( PSSI- rejim NH ) sehingga mereka berbanding terbalik dengan lagu tersebut dan malah mendukung KPSI yang merupakan sekumpulan orang yang dulu mereka benci. Dulu memang dulu, semua bisa terjadi dengan gampang, fair play sudah tidak mejual, yang laku adalah uang, entah haram entah halal, beginilah realitas urat nadi peresepak bolaan kita, negara Indonesia, Sekian dan terima kasih, Okta Aditya . Pencinta sekaligus Boromania , Persibo Bojonegoro . Koin Peduli Timnas. Untuk batas akhir pengumpulan 'koin' untuk Timnas akan ditutup pada 22 November 2012. Bagi Anda yang ingin menyumbang untuk Timnas dapat transfer ke nomor rekening Bank BRI : 4187-01-005149-53-6. Nama rekening: Satu Untuk Timnas. Salam Olahraga, Salam Nasionalisme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline