Lihat ke Halaman Asli

Rokok untuk Tuhan

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Han pagi ini aku ingin bercerita pada Mu. Sengaja aku bangun sepagi mungkin sedini mungkin. Tak seperti biasa. Aku begitu merasa lelah dan penat perlahan menggerogoti tubuhku. Han begini aku benar – benar ingin bercerita pada Mu. Seperti biasa sebatang rokok untuk Mu. Yeah sebagai teman mendengar celotehan ngawur dariku. Sejujurnya aku malu Han hanya bisa memberi Mu sebatang rokok. Maklumilah aku belum punya cukup duit untuk yang lain. Tapi percayalah suatu saat aku memberi Mu suatu yang lebih dari itu. Langsung saja ya Han. Begini. Hari ini, hari pertamaku Han. Hari pertamaku pasca dia meninggalkanku. Sebenarnya aku sudah berbicara pada hatiku. Sungguh, jujur, jelas dan tegas. Berbicara tanpa dusta. “ Bertahan ya.. meski terlihat gamblang dia meninggalkanmu, di sana bersama perempuan baru itu” aku sudah berujar begitu Han. Ke Hatiku. Apa Kau tau Han? Hatiku menjawab begitu tegas namun terdengar samar. “ Iya. Kau pemimpi bukan?? Aku masih terlalu kuat untuk berdiri lagi,, saat jatuh”.

Han biar aku bersandar pada pohon itu. Lelah rasanya menengadah ke atas berdiri agar Kau mendengarku. Aku lanjutkan ya Han. Jujur saja ya Han, aku begitu merindukan dia. Aneh memang, jelas tegas dia di ciptakan bukanlah untukku. Tapi tetap saja aku memaksa. Ah, tapi biarlah Han. Bukankah aku pemipi? Bermimpi bersamanya. Berharap di sampingnya. Biasalah Han aku anak muda. Kau tau bukan bagaimana anak muda sekarang? Yeah, aku bagian dari mereka Han. Han aku merindukannya. Ku harap pagi ini Kau baik hati. Sampaikan rentetatan huruf ini ya Han. Tak penting bagiku untuk tau bagaimana cara Kau menyampaikannya.

Kasih aku merindukanmu. Sungguh merindukanmu

Aku merindukan untuk kau pulang sayang.

Aku rindu ketika cinta selalu pulang.

Sayang, cepat pulang.

Han rasanya cukup aku bercerita pada Mu. Maaf ya aku ngawur tur nglantur. Matikan dulu rokok Mu sebelum aku meninggalkan Mu. Ku usahakan esok aku bawakan permen. Meski kecil tapi maniskan Han. Han terima kasih Kau mau mendengarku. Yeah, kau yang paling aku percaya. Karena aku tau, Kau tak mungkin salah dengar, tak mungkin salah beri jalan penyelesaian, tak mungkin salah meberiku pembenaran. Han sampaikan rinduku padanya ya... Han dengar aku, percaya aku.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline