Lihat ke Halaman Asli

Elegi Sepotong Bulan

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sepotong bulan jatuh di bumi manusia
Meski sepotong ia adalah cahaya paling cahaya
Seperti zamzam di tenggorokan musafir
Seperti tetesan hujan basahi gurun pasir
Seperti sepasang pengantin baru yang sedang bercinta

Karena sepotong bulan itu setan dibelenggu
pintu surga tak dijaga
Maka bukan salah mata  jika kusaksikan rumah Tuhan sesak oleh doa, tilawah, dan airmata
Kabarnya pada sepuluh potong terakhir ada pahala seperti tidurnya pemuda kahfi
Ah sayang,  hanya sepotong

Setelah sepotong bulan hilang
Mata ini nanar, luka tak terperi bagai disulut api
Kutemui pada setangkai subuh hanya  laki-laki tua yang sujud di sajadah senja
Kudapati rumah-rumah pelacur kembali dibuka lebar
Kupandangi anak-anak tanpa  ibu kembali mengunyah batu

Ah, Andai ia bukan sepotong
Barangkali dunia itu sendiri adalah surga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline