Lihat ke Halaman Asli

Ingin ke TMII

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Majalah anak-anak Bobo pernah menerbitkan sebuah artikel dipertengahan tahun 90an tentang Taman Mini Indonesia Indah atau TMII. Artikel itu dibaca oleh seorang anak di suatu daerah yang bernama Lubuk jambi, sebuah kota kecil ditengah-tengah pulau sumatera.

Bertahun-tahun kemudian anak ini beranjak dewasa. Ia suatu saat membuka laptop 12” pemberian dari bapaknya untuk melanjutkan pekerjaan yang harus diselesaikannya. Teringat dia akan lomba menulis yang diikutinya yang diadakan suatu situs internet bertajuk kompasiana blogcompetition. Berharap sudah ada pengumuman pemenang dan namanya tercantum sebagai salah satunya.

Ternyata belum ada.

Lirikan matanya kemudian menangkap sebuah artikel baru dari situs tersebut. Ada lomba menulis lagi. Kali ini tentang TMII! Taman Mini Indonesia Indah!

Memori si anak sekita terlempar jauh ke belakang tahun. Teringat dia akan majalah Bobo bekas yang dibelinya dari bapak-bapak berkutang berkacamata di pojokan Los pasar lama Pasar Lubuk Jambi. Bertahun-bertahun si anak langganan membeli majalah bekas di situ. Majalah Bobo atau Album Donal Bebek lah yang menjadi pilihannya tiap minggu.

“Oh iya aku pernah membaca tentang TMII di majalah Bobo dulu!“ Batinnya.

“Oke, aku akan ikut lomba tulis TMII ini juga” putus si anak. Kemudian di rengkuhnya semua memori tentang bacaan dari majalah Bobo yang diingatnya.

“...diresmikan oleh ibu Tien Soeharto.”

“ Ada danau kecil yang dibuat dengan pulau-pulau kecilnya ditengah danau tersebut. Pulau-pulau kecil ini membentuk kepulauan yang menyerupai pulau-pulau Indonesia. Sehingga kalau dilihat dari atas akan menjadi gugusan kepulauan yang membentuk Negara Indonesia”. Satu persatu memorinya tertarik keluar.

“Hmm..terus apa lagi?” Gumannya.

Setelah mengingat-ngingat lagi ternyata si anak sadar. Memori masa kecilnya tidak merekam banyak dari bacaan di majalah Bobo tersebut! Terus apa yang mau dia tulis? Bahkan dia tidak yakin akan ingatannya tersebut. “Benarkah Ibu Tien Soeharto yang meresmikan?”

Yang dia ingat malah bayang-bayang akan khayalannya pada masa kecilnya. Dia pernah berkhayal mengunjungi TMII tersebut. Dalam ingatannya si anak kecil ini pernah membatin bahwa di Pekanbaru dia sudah masuk Taman Rekreasi Alam Mayang. Kalau di Sumatra Barat dia sudah pernah ke Kebun Binatang Bukit Tinggi, beberapa kali malah. Nah kalau ke Jakarta dia akan pergi ke TMII. Dia akan melihat objek-objek yang ada di sana seperti yang di gambarkan oleh artikel dalam majalah Bobo tersebut.

Khayalan tinggal khayalan. Si anak yang telah tumbuh dewasa tidak pernah sekalipun menginjakkan kakinya di TMII. Kembali dia membatin, “Lantas apa yang hendak ditulis?” Bahkan khayalan masa kecilnya tentang TMII sudah tidak banyak yang bisa diingatnya lagi.

Tidak berputus asa kemudia dia mencari di internet apa itu Taman Mini Indonesia Indah. Dari situs web resmi TMII sendiri (tamanmini.com) kita bisa mendapatkan berbagai keterangan tentang TMII.

Begitu kita membuka situs TMII langsung terpampang jelas tagline ‘keliling INDONESIA dalam satu hari’. Apa yang dapat lihat dari situs web milik TMII adalah penjelasan detil tentang berbagai wahana yang dapat kita nikmati bila kita berkunjung ke sana. Situs tersebut menggambarkan TMII dalam bentuk peta. Yang paling mencolok terlihat adalah kolam Kepulauan Indonesianya. Ternyata kolam ini besar. Tidak seperti yang dibayangkan oleh anak kecil itu dulu. Dalam bayangannya kolam tersebut hanya kolam kecil seperti kolam ikan biasa. Ternyata kolam tersebut hampir memenuhi seluruh area TMII. Kolam tersebut diberi nama Danau Miniatur Arsipel Indonesia.

Di sekeliling Danau Miniatur Arsipel Indonesia terdapat anjungan-anjungan dari seluruh propinsi di Indonesia. Anjungan dari masing-masing propinsi tersebut di tandai dengan bentuk rumah adatnya. Sedikit berbeda propinsi Aceh tidak digambarkan rumah adatnya melainkan sebuah tugu pesawat terbang. Dikatakan bahwa tugu pesawat terbang ini adalah replika dari Dakota RI-001 Seulawah pesawat ke-2 milik Republik Indonesia yang dibeli dari uang sumbangan rakyat Aceh.

Diluar komplek anjungan propinsi yang mengelilingi danau Miniatur Arsipel Indonesia terdapat juga anjungan dari propinsi lain yang merupakan propinsi-propinsi baru hasil pemekaran beberapa tahun belakangan ini.

Selain komplek anjungan propinsi yang paling mencolok adalah bangunan Istana Anak Anak Indonesia. Bangunan yang sepertinya sangat besar ini menempati area yang luas kalau dilihat dari peta yang disajikan situs TMII. Kemudian mata si anak dialihkan ke sebuah bangunan bewarna emas berbentuk rumah keong. Bangunan tesebut adalah teater IMAX keong Emas. Pikiran si anak kembali melayang melewati waktu mengingat artikel lain yang pernah dibacanya tentang bangunan yang menyerupai  keong seperti di Australia. Ya, dia juga pernah mengkhayalkan untuk mencoba menonton di gedung teater Keong Emas ini. Sejenak si anak tersenyum simpul.

Dari peta yang disajikan selain yang disebutkan diatas kita juga melihat ada beberapa museum, taman, wahana, tempat ibadah dari semua agama di Indonesia, hotel, pemancingan, monumen, dan beberapa hal menarik lainnya. Sungguh tempat yang menarik sekali untuk dikunjungi. Jargon keliling INDONESIA dalam sehari memang pas untuk dilekatkan kepada TMII.

Sekarang saya sebagai anak itu, seorang anak Indonesia yang pada masa kecilnya berkhayal dengan sungguh-sungguh ingin mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah ingin menyampaikan beberapa hal. Pertama, mengapa saya baru ingat sekarang tentang TMII? Saya adalah orang yang cukup aktif mengikuti perkembangan. Saya selalu antusias untuk tahu berbagai hal. Diera teknologi komunikasi yang selalu semakin berkembang ini, berbagai hal bisa muncul ke permukaan bahkan untuk suatu hal yang sepele. Tapi mengapa info tentang TMII sangat jarang kalau tidak mau dibilang tidak ada muncul ke permukaan? Atau memang saya yang selalu terlewatkan akan infonya? Entahlah.

Kedua, konsep tentang TMII sebagai perekat budaya bangsa memang pas sekali. Tetapi mengapa masih terasa kurang? Maksud saya dengan melihat TMII sebagai alat perekat budaya bangsa tapi kenapa cuma ada satu? Ibarat pesawat terbang yang bisa menjadi pemersatu Negara kepulauan Indonesia ini tapi kenapa pesawatnya cuma satu? Kenapa tidak banyak? Begitu juga juga denga TMII. Kenapa taman yang bisa membuat kita bangsa yang besar ini mengenal kebesaran bangsanya tidak dibuat banyak? Dibuat di tiap daerah, agar tiap daerah bisa mengenal daerah lain. Satu hal yang membuat masyarakat Indonesia terutama yang di daerah tidak mempunyai kesempatan menikmati TMII adalah karena TMII itu sangat jauh dari daerahnya. Harus pergi ke Ibukota dulu untuk melihatnya. Jika masing-masing daerah mempunyai taman atau bangunan dengan konsep TMII ini saya rasa barulah TMII ini bisa menjadi perekat budaya bangsa. Tidak perlu semegah dan sebesar TMII sekarang. Tapi cukup dengan konsep mengenal Indonesia lewat peragaan seperti di TMII.

Ketiga, kebudayaan itu menurut saya selalu berkembang. Tiap generasi manusia akan memiliki suatu kebudayaan atau setidaknya menjadi proses dari terbentuknya suatu kebudayaan. Maka dari itu tanda-tanda dari suatu kebudayaan harus diperbaharui. Kita tidak bisa stagnan di suatu bentuk untuk mewakili keseluruhan bentuk kebudayaan kita. Apa yang menjadi kebudayaan pada masa sebelumnya adalah menjadi sejarah bagi kita masa kini. Kebuyaan kita adalah apa yang kita pakai sebagai identitas bangsa kita sekarang. Kebudayaan sebelumnya dijadikan patokan dasar untuk bentuk kebudayaan kita sekarang. Jadi maksud saya adalah TMII harus diperbaharui. Harus memiliki tanda-tanda dari kebudayaan kita sekarang. Tidak hanya mengoleksi kebudayaan dari masa sebelumnya. Barulah bisa dikatakan TMII sebagai perekat kebudayaan bangsa Indonesia, bangsa Indonesia generasi kita sekarang.

Kebudayaan dari masa sebelumnya memang menjadi perekat bangsa, jadi identitas bangsa. Tetapi itu adalah identitas mereka bapak ibu kita sebelumnya dan generasi sebelumnya lagi. Sedangkan kita harus memiliki identitas generasi kita sendiri. Tetapi apakah identitas bangsa Indonesia generasi kita sekarang? Marilah kita pikirkan bersama.

Ayo kita ke Taman Mini Indonesia Indah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline