Lihat ke Halaman Asli

Okky Fajar Tri Maryana

Pendidik di Program Studi Fisika Institut Teknologi Sumatera

Orang Tua, Teruslah Bacakan Dongeng untuk Buah Hati Anda

Diperbarui: 28 November 2016   18:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membacakan dongeng pada buah hati menjelang tidur (Sumber : www.aura.co.id)

Apakah Anda masih ingat kapan terakhir kali mendongengkan cerita untuk si buah hati? Puluhan tahun lalu? Sebulan yang lalu? Atau baru saja kemarin? Kapan pun waktunya, perlu diingat kembali bahwa mendongengkan cerita kepada buah hati adalah salah satu cara terbaik untuk membangun ikatan batin dengannya.

Namun sungguh sayang, kesibukan dan rutinitas kita sebagai orangtua menjadikan waktu mendongeng bersama buah hati menjadi jauh berkurang. Saya pribadi sangat menyadari itu (sedih). Tahukah Anda, menurut sebuah survei baru-baru ini yang dilakukan pada 500 anak usia 3 sampai 8 tahun di Inggris, dikatakan bahwa 75% dari mereka mengingingkan ayah dan ibunya untuk meluangkan waktu khusus membacakan cerita sebelum mereka tidur. Permintaan mereka terutama tertuju pada Sang Ibu.

Mendongeng atau membacakan cerita kepada buah hati adalah sebuah aktivitas yang sangat membahagiakan. Manfaatnya pun banyak, di antaranya adalah membantu perkembangan psikologis dan kecerdasan emosional mereka. Dengan dibacakannya cerita–cerita, buah hati pun akan mengasah rasa empatinya kepada tokoh atau kisah yang diceritakan kepadanya. Menambah wawasan dan ia mendapatkan contoh teladan yang baik.

Tak hanya itu, membacakan cerita membantu anak dalam meningkatkan keterampilan berbahasa, mengembangkan imajinasi serta menumbuhkan minat membaca. Banyak studi yang telah membuktikannya. Salah satu yang paling menarik adalah studi tentang data statistik di Amerika Serikat. Studi tersebut menunjukkan bahwa anak-anak yang pintar di sekolah di Amerika serta menjadi seorang pembaca yang baik, ternyata memiliki orang tua yang rajin membacakan buku pada mereka.

Salah satu buku dongeng Hans Cristian Andersen (Sumber : www.pinterest.com/imom)

Mengingat kebaikan–kebaikan di atas, maka tidak ada kata terlambat untuk kita kembali memperbaiki rutinitas menyenangkan tersebut. Seperti halnya bagi si buah hati, tak ada kata terlalu dini untuk mendengarkan sebuah cerita seru dari ayah-bundanya. Buatlah sesi membacakan cerita menjadi interaktif. Mari kita kembali menyediakan waktu setidaknya setengah jam pada malam hari sebelum buah hati terlelap. Dengan upaya ini, kita telah membantu dalam menciptakan generasi bangsa indonesia yang memiliki minat baca yang tinggi.

Contoh Dongeng Cerita Rakyat Kancil dan Harimau (Sumber: www.ceritarakyatnusantara.com)

Perlu diketahui bahwa minta membaca bangsa kita saat ini sangatlah rendah. Berdasarkan studi mengenai "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara yang disurvei soal minat membaca. Indonesia tepat berada di bawah Thailand (urutan ke-59) dan di atas Bostwana (uritan ke-61), sebuah negara miskin di benua Afrika. Sungguh memprihatinkan. Padahal kita mengetahui bahwa kemajuan sebuah bangsa berhubungan erat dengan budaya literasi masyarakatnya.

Menyadari akan manfaat mendongeng dan melihat pentingnya permasalahan tersebut, maka pada tanggal 28 November 2015, pemerintah Indonesia menetapkan sebagai Hari Dongeng Nasional (HDN). Dengan adanya penetapan tersebut, menjadikan kita para orang tua dan bangsa Indonesia lebih menyadari akan semangat mendongeng kepada generasi penerus bangsa. Dan tahukah Anda, mengapa tanggal 28 November dipilih sebagai Hari Dongeng Nasional? Ya, karena pada tanggal tersebut adalah bertepatan dengan hari lahir bapak dongeng indonesia, Drs. Suyadi atau yang kita lebih mengenalnya dengan sosok Pak Raden.

Terima kasih kami ucapkan kepadamu Pak Raden.

Drs. Suyadi atau yang lebih dikenal Pak Raden (sumber :www.biografipedia)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline