Lihat ke Halaman Asli

Okky Fajar Tri Maryana

Pendidik di Program Studi Fisika Institut Teknologi Sumatera

Jangan Sia-siakan Makananmu!

Diperbarui: 9 Oktober 2016   16:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makanan tersisa. Foto : Dok. Pribadi

“Habiskan, jangan sia-siakan makananmu!” Dahulu orang tua saya sering mengatakan demikian. Anda mungkin juga mengalamaminya. 

Tak begitu mengerti akan perkataan mereka, saya menurut saja kala itu. Bagi otak seorang anak kecil, membuang-buang/menyia-nyiakan makanan berarti engkau menyalakan api kemarahan orang tuamu.

Mengapa? Sebab, semakin mundur zaman, semakin sulit makanan diperoleh. Setidaknya untuk orang tua saya yang hidup setelah masa penjajahan. Apalagi jaman kakek nenek kita. Semakin galak tentunya mereka terhadap makanan. 

Itu keyakinan saya dahulu, setelah beberapa kali mendengar ayah saya bercerita tentang betapa harus bersabarnya ia memakan serangga suatu waktu karena tak ada makanan di rumah. Atau, ia tidak mendapat jatah makanan bila nasi jagung dipiringnya jatuh ke lantai tanah.

Kurang lebih dua puluh tahun kemudian, saya menjadi lebih mengerti mengapa menyia-nyiakan makanan adalah perihal yang salah. Juga sesuatu  hal penting yang wajib kita ajarkan kepada anak-anak kita. Untuk masa depan kita dan mereka.

Mari kita berbicara fakta sedikit. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB menyatakan bahwa 1,3 milyar ton makanan di sia-siakan di seluruh dunia. Padahal, masih terdapat 800 juta jiwa di seluruh dunia yang menderita kelaparan.

Pertanyaannya, “kemanakah perginya semua makanan tersebut?” Yang, ini sangat miris, sesungguhnya setara dengan sepertiga produksi makanan di seluruh dunia! Anda bisa bayangkan bagaimana keadaan sesungguhnya “teman-teman” sajian di meja makanan kita. 

Bila ditelusuri lebih jauh, di negara berkembang, sebagian besar bahan makanan lenyap saat pasca panen diakibatkan kekurangan fasilitas penyimpanan yang memadai, jalan-jalan yang bagus untuk distribusi, dan alat pembeku. Sedangkan untuk negara maju, makanan disia-siakan lebih banyak di rantai suplai saat pelaku ritel memesan, menyajikan, atau memajang terlalu banyak.

Selain itu juga, konsumen di sana mengabaikan sisa makanan di dalam kulkas atau membuang makanan mudah basi sebelum kadaluarsa. Dan yang paling menyedihkan adalah, bahan sayuran dan buah-buahan ditolak di toko karena bentuknya yang ‘jelek’. 

Jadi, dua jenis negara ini sama saja bermasalahnya. Bagaimana dengan Jenis negara ketiga (baca : negara miskin)? Boro-boro makan secara rutin dan bergizi!

Menyia-nyiakan makanan seungguhnya berdampak buruk bagi lingkungan kita. Memproduksi makanan-makanan yang tidak dikonsumsi, sama saja dengan menyia-nyiakan air, pupuk, pestisida, bahan bakar, bibit, waktu, dan lahan yang dibutuhkan untuk menumbuhkannya. Di Planet dengan sumber daya terbatas, dan perkiraan tambahan penduduk sebanyak dua milyar dalam 2050, penyia-nyian ini sungguh mengkhawatirkan bagi masa depan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline