Menjelang pemilu presiden dan wakil presiden Indonesia tahun 2019 yang tinggal beberapa hari lagi, riuh gaduh percebongkampretan antar pendukung paslon 01 dan 02 makin tak terbendung lagi.
Segala cara dilakukan untuk menggaet suara pemilih yang hingga saat ini masih berstatus swing voters ataupun undeceided voters. Ada sekitar 11% hingga 15% pemilih mengatakan mereka masih ragu-ragu dalam memilih calon presiden Joko Widodo atau Prabowo Subianto (bbc.com, akses 3 April 2019, 11.30 PM).
Mungkin Sudah Panik
Seolah tidak ada cara lain, selain terus-menerus menakut-nakuti atau menebar kebencian pada rakyat. Kedua kubu saling serang dengan membongkar aib tokoh-tokoh lawan politiknya.
Hal ini dilakukan mungkin dengan maksud membuka mata para swing voters maupun yang sudah menentukan pilihan untuk mempertanyakan kembali apakah pilihannya sudah tepat atau belum. Minimal mereka ingin menunjukkan, "ini loh tokoh-tokoh politik partai pendukung paslon pilihanmu, masih mau dukung dia?" Harapannya adalah swing voters ini akan memihaknya atau yang sudah memiliki pilihan akan bermanuver ke kubu sebelah.
Mempertontonkan aib atau kesalahan masa lalu lawan politik sepertinya sudah menjadi makanan sehari-hari netizen Indonesia. Rakyat Indonesia setiap hari terpapar informasi-informasi yang tak ada faedahnya sama sekali. Yang pada akhirnya, informasi itu hanya akan merusak psikologis mereka. Hal ini terjadi karena pemilih yang terus-menerus terpapar informasi buruk akan memilih atas dasar rasa benci, bukan karena program atau visi-misi yang ditawarkan oleh kedua kubu.
Entah, maksud mereka apa membuka aib lawan politik di depan umum, yang jelas publik sedang dipertontonkan tindakan tak bermoral segelintir orang yang haus kekuasaan dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Dampaknya adalah mereka membuat rakyat Indonesia menjadi terkotak-kotak. Ada yang di kolam bernama cebong, ada yang bergelantungan di pohon bernama kampret. Parahnya lagi, level kecerdasan orang Indonesia menjelang pemilu presiden 2019 menurun drastis bahkan hilang kewarasannya demi membela mati-matian paslon yang didukungnya.
Munculnya Konspirasi Golput
Namun, di sela-sela isu percebongkampretan yang saling serang itu, muncul golongan ketiga yang hadir sebagai penengah karena tidak memilih paslon manapun. Golput atau golongan putih, begitulah orang menyebutnya. Golput mengklaim bahwa suaranya belum terbeli oleh kedua paslon. Golput juga mengklaim bahwa mereka adalah golongan yang paling sehat akalnya karena tidak terikat oleh dukung-mendukung paslon manapun.
Isu banyaknya Golput semakin heboh mendekati masa kampanye usai. Tim sukses dari kedua kubu mulai panik karena masifnya konspirasi golput ini. Tokoh-tokoh politik, pengamat, dan lain-lain beramai-ramai berkomentar, ngatain, menghakimi dengan kalimat-kalimat tak pantas pada golputers (sebutan untuk orang-orang golput). Bahkan MUI mengeluarkan fatwa haram pada golput.
Apakah Golput Pengecut?