Lihat ke Halaman Asli

Menjadi Pemilih yang Cerdas

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Akhir-akhir ini media massa lagi seru memberitakan pesta demokrasi di Indonesia, iya pesta demokrasi di negara kita tercinta. Berita tentang sepak terjang pasangan capres-cawapres Prabowo-Hatta dan Jokowi-Kalla sepertinya benar-benar mendapat porsi lebih di kolom-kolom surat kabar baik cetak maupun elektronik. Setiap hari rakyat Indonesia di suguhi tontonan tentang kampanye yg dilakukan kedua pasangan capres-cawapres ini.

Bingung, tentunya rakyat bingung memilih siapa. No. 1 atau 2? 1 adalah simbol kemenangan katanya, 2 adalah simbol keseimbangan katanya. Tapi menurut saya, jangan memilih karena angkanya, pilihlah karena orangnya, entah dari karakternya, track recordnya, atau pun dari visi dan misinya. Nasib Indonesia bukan ditentukan dengan pilih-pilih angka seperti judi, nasib Indonesia ditentukan oleh siapa pemimpinnya. So, jangan salah pilih angka, eh maksud saya pemimpin, hehehehe.

Bingung, semua orang pasti bingung memilih siapa pasangan yang cocok jadi pemimpin bangsa ini. Bagaimana tidak, setiap hari media massa selalu memuat berita-berita yang bagus dari kedua pasangan. Keduanya sepertinya tampak baik, tampak cocok jadi pemimpin, tapi itu hanya tampaknya. Belum tentu yang anda baca dan tonton itu benar. Lebih baik anda berpikir dan berpikir, dan tentukan sesuai hati nurani anda sendiri. Kebaikan sebesar apapun jika dipamerkan itu jadi tidak baik. Dan orang yang ingin kebaikannya dilihat oleh orang lain adalah orang yang pamrih, ada maksud dari kebaikan yang ia lakukan.

Aneh memang dengan media massa yang ada sekarang. Terkesan sering membodohi masyarakat dengan berita-berita yang disajikan. Seharusnya jangan hanya memberitakan tentang kebaikan dari calon-calon Presiden dan Wakil Presiden. Cobalah untuk menyajikan berita yang mencerdaskan masyarakat dalam menentukan pilihan. Jangan setiap hari membentuk opini umum yang salah.

Menurut saya media massa seharusnya netral, menyajikan fakta apa adanya tanpa bumbu-bumbu kampanye dari salah satu pasangan capres-cawapres. Sebab menurut pasal 6 UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers, menyebutkan peran media massa adalah menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum dan hak asasi manusia, serta menghormati kebhinekaan; mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar. Jadi kalau media massa tidak bersikap netral lagi, ini sudah menyalahi aturan perundang-undangan tersebut. Nah kalau sudah begitu, rakyatlah yang harus cerdas, jangan menelan mentah-mentah berita yang disajikan oleh media massa.

Bingung, lagi-lagi bingung. Apalagi ketika partai anda memilih untuk berkoalisi dengan pasangan yang bukan pilihan anda. Tak masalah, itu kan urusan partai, anda tetap punya hak untuk menentukan pilihan. Dan tidak perlu anda menggembar-gemborkan anda dukung siapa. Sebagai warga negara yang baik seharusnya anda menjunjung tinggi asas LUBER dalam pemilu. LUBER (Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia), tidak perlu saya jelaskan satu per satu. Intinya pilihan anda adalah apa yang anda tentukan sesaat ketika berada di dalam TPS. Dan lebih baik hanya anda dan Tuhan anda yang tahu pilihan anda.

"Pilihlah dengan berpikir, pilihlah dengan memaknai setiap kejadian yang ada. Mata boleh buta, tetapi hati tidak pernah buta. Semoga pilihan anda tidak salah."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline