Tragedi 4 November belum lama terjadi di Indonesia. Berawal dari ucapan Basuki Tjahya Purnama saat berpidato di Kepualuan Seribu yang menyinggung Surat al Maidah. Berita ini sangat viral di media sosial, bahkan saya sampai mendapat 3 broadcast guyonan tentang hal ini. Karena Indonesia memiliki media yang sama, maka dari Sabang sampai Merauke jelas mengetahui hal ini. Media sangat berperan memberikan informasi kepada semua orang secara cepat, akurat, dan dapat dipertanggungkawabkan.
Pusat-pusat media Indonesia berada di Jakarta, baik yang berupa cetak maupun elektronik. Untuk itu, Jakarta menjadi sasaran utama pencari berita. Pertanyaanya, seberapakah pentingnya berita-berita di Jakarta? Ketika masyarakat bukan hanya tinggal di Jakarta namun ada yang tinggal di daerah Papua, Sulawesi, Kalimantan, maupun Sumatra sehingga mereka seakan-akan dipaksa menonsumsi berita yang itu-itu saja.
Pilkada Jakarta yang akan terselenggara pada Februari 2017, menjadi sorotan utama. Padahal masing-masing daerah sebentar lagi akan melakukan pemilunya masing-masing, yang tidak ada kaitannya dengan Jakarta. Saya tinggal di Yogyakarta, yang sebentar lagi akan melakukan pilkada. Memprihatinkannya, saya maupun sebagian masyarakat Jogja yang sebentar lagi akan memilih Wali Kota tidak tahu menahu calonnya, apa programnya. Masyarakat malah lebih paham tentang pilkada Jakarta, baik Agus-Sylviana Murni, Anis-Sandiaga, maupun Ahok-Djarot.
Pengaruh
Kearifan lokal yang multikultural dalam wadah Indonesia mulai luntur. Minimnya saluran lokal, terutama televisi yang menyajikan berita lokal dapat dihitung jumlahnya. Media lokal dinggap tidak gaul, dan kalah saing dengan media nasinal. Pembagian informasi yang merata, baik nasional dan lokal perlu ditinggatkan, bukan hanya media nasional saja. Media lokal perlu dikembangkan, dimana informasi-informasi daerah sekitar masih harus tetap eksis.
Sebenarnya masyarakat lokal sudah jenuh dengan apa yang dilakukan media saat ini. Namun apakah yang bisa dilakukan massyrakat lokal, yang hanya bisa menerima berita seprti itu. Hal ini terbukti dengan sebaran lelucon mengenai tragedi 4 November kemarin. Ketika kita melihat lebih dalam, terjadi pemberontakan atas desentralisasi media oleh masyarakat lokal. Jenuh ketika melihat televsi, siarannya tentang pilkada Jakarta, Kopi Mirnaa, Ahok yang selalu dibahas. Ketika melihat sinetron di televisi, bahasanya lu gue, padahal itu bahasa Jakarta.
Liputan Lokal
Eksisnya media lokal tidak bisa serta merta tiba-tiba. Dibutuhkan kerjasana antara lembaga, pemerintah, maupun masyarakat. Sehingga berita lokal bisa tetep eksis. Media lokal maupun siaran lokal sangat penting bagi kelestarian budaya lokal. Dengan adanya eseimbangan berita maupun informasi baik nasional maupun lokal dapat membentuk masyarakat yang paham akan daerahnya, dengan tetap menjunjung nasionalisme.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H