Lihat ke Halaman Asli

Sikap Mental Menerabas

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya paling suka mendengarkan pengalaman orang yang baru kembali dari luar negeri. Terutama jika negara yang diceritakan tersebut adalah negara yang lebih maju daripada Indonesia. Salah satu hal yang paling sering dibicarakan adalah bagaimana disiplinnya orang luar negeri, dan sikap tenggang rasanya orang luar negeri yang ternyata lebih besar daripada kita di Indonesia. Contoh, kita seringkali mendengar kabar bagaimana disiplinnya warga di negara Singapura.Kedisiplinan tersebut ada di semua aspek: kebersihan, ketertiban berlalu lintas, ketertiban merokok dan lain-lain.

Seorang teman yang bekerja dan tinggal di Singapura, dan kebetulan seorang perokok pernah bercerita bagaimana sulitnya menjadi seorang perokok di negara tersebut. Dia kebetulan tinggal di apartemen di lantai sepuluh. Merokok didalam kamar dilarang dan jika ketahuan dendanya besar sekali. Maka tiap kali ingin merokok, ia harus turun ke lantai satu, kemudian berjalan kaki sekitar 20 meter ke sebuah smoking area. Setelah selesai merokok, jalan lagi ke apartemen, naik lift kelantai sepuluh pulang ke kamar. Semua kerepotan itu dilakukan demi menghisap sebatang rokok.

Saya juga pernah mendapatkan cerita mengenai masyarakat Amerika dari seorang rekan yang sempat tinggal di New York, Amerika. Berkendara di negara Abang Sam tersebut ternyata jauh dari stres. Dia bercerita seberapapun parahnya macet yang terjadi di New York, tidak ada namanya pengemudi yang memotong antrian seenaknya, apalagi sampai memotong jalur dari kiri. Antrian lurus dan rapi. Padahal New York adalah kota terbesar di dunia, orang yang tinggal disana bukan orang sembarangan. Ada pengusaha-pengusaha dunia, banker-banker diWall Street, pejabat, artis-artis dunia dan lain-lain yang sangat menjunjung tinggi prinsip time is money. Seberapa macet pun mereka tetap sabar menanti giliran agar antrian tidak kacau. Akibatnya, setiap teman saya pulang ke Bukittinggi dia tidak berani bawa mobil. Karena terbiasa tertib di New York, mengemudi di Indonesia stres katanya. Mobil saling mendahului padahal jalanan kecil, motor kebut-kebutan dari kiri dan kanan.

Di Indonesia sikap tertib dan mau mengikuti aturan masih lemah. Masyarakat Indonesia masih dijangkiti penyakit yang disebut dengan “sikap mental menerabas”. Ini adalah sebuah sikap yang selalu mencari jalan pintas yang paling cepat walaupun harus melanggar kepatutan. Peraturan diabaikan, yang penting kepentingan pribadi bisa tersampaikan.

Apa yang diterabas? Semua aspek. Mulai dari anak sekolah yang masih kecil hingga ke orang yang sudah tua, hampir semuanya sama saja. Jika bicara jujur, siapa kira-kira orang Indonesia yang tidak pernah mencontek? Saya rasa semuanya sudah pernah. Saat saya kuliah S2 Magister Manajemen, awalnya saya berprasangka baik bahwa mahasiswa S2 yang rata-rata sudah matang tidak akan mencontek pada saat ujian. Ternyata ketika ujian sama saja. Yang hobi mencontek dan bekerja sama tetap melakukan kebiasaannya pada saat kuliah S1 dulu. Bahkan ada beberapa diantaranya yang sebenarnya berprofesi sebagai pendidik.

Dijalan raya, entah kenapa seolah-olah masyarakat kita ini selalu terburu-buru. Saya sering sekali melihat pengemudi yang sama sekali tidak peduli dengan aturan lalu lintas. Pengendara motor yang tidak pakai helm, padahal helmnya tergantung di samping motor, entah kenapa tidak dipakai. Menerobos lampu merah, atau berjalan berlawanan arah, hanya karena malas memutar di jalur dua. Padahal sebenarnya yang dikejar hanya lebih cepat sampai sekitar 15 menit, tapi jika terjadi sesuatu yang celaka, urusannya bisa berhari-hari atau berbulan-bulan.

Di sepanjang bypass Padangbanyak sekali simpang yang tidak memiliki lampu merah. Lihat saja setiap hari bagaimanakondisinya di simpang-simpang tersebut. Tidak ada yang mau mengalah. Mencoba saling masuk dahuluan, saling klakson. Akibatnya macet terus. Dan kalaupun ada lampu merah, seringkali tidak dihiraukan oleh pengendara.

Dulu dosen saya pernah berteori, orang luar negeri bisa tertib di jalan karena mereka terbiasa tepat waktu. Jika janji datang jam 08:00, maka diusahakan jam 07.15 sudah sampai dilokasi. Caranya, dengan berangkat lebih awal. Sementara orang kita, jam berapa berjanji, jam segitu pula berangkat dari rumah. Sehingga dijalanan terburu-buru karena takut terlambat terlalu lama.

Mengurus surat-surat juga seperti itu. Jika ingin urusan lancar dan cepat, istilahnya harus “diminyaki” sedikit. Walaupun berkas kita masuk belakangan, tapi ditangan petugas bisa diproses duluan. Apalagi jika punya kenalan orang dalam yang bisa dimintai bantuan.

Melamar pekerjaan seperti itu pula. Seorang yang menjabat sebagai pengambil keputusan, saya yakin sekali pasti sering ditelepon yang berbunyi “tolongan lah masuak an anak ambo ciek pak, nan kanduang bana ko”. Jika bersedia, dikeluarkanlah surat rekomendasi, maka nan kanduang tadi diterima. Padahal bisa jadi orang lain yang lebih kompeten menjadi tidak mendapatkan pekerjaan.

Sikap mental menerabas ini jika ingin diceritakan bisa sangat panjang lagi daftarnya. Mulai dari Perkara yang kecil-kecil seperti mahasiswa titip absen di kampus, menyerobot antrian di kasir, membuat SIM tembak, mengirimkan sms mama minta pulsa, hingga yang besar-besar seperti kolusi, korupsi, nepotisme.

Saya sendiri yang membuat tulisan ini juga tidak terlepas dari sikap mental menerabas tersebut. Namun yang paling pertama harus diketahui adalah, dengan menyadari adanya penyakit sikap mental menerabas tersebut, kita bisa memperbaiki diri. Menjadi masyarakat modern dan tertib harus dimulai dari kesadaran akan adanya penyakit ini. Lalu kemudian bersama-sama bersepakat untuk meninggalkan sikap mental menerabas tersebut. Seperti yang pernah dikatakan oleh seorang mantan dai kondang, mulai dari yang kecil-kecil, mulai dari diri sendiri, dan mulai saat ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline