Lihat ke Halaman Asli

Setiap Even Pemerintah Koq (Perlu) Bikin Kaos

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jum`atan tadi,   mata saya tertarik untuk membaca sebuah kaos baru dari jamaah di depan saya.   ST 13 berwarna hijau muda.  Saya cermati lagi apa maksud kaos ini.  Oh ternyata kaos sensus pertanian tahun 2013.   Memang sih,  setiap ada even yang sifatnya nasional bahkan lokal,  pemerintah tak pernah absen bikin merchandise.  Umumnya sih kaos.   Entah ada peringatan apapun,  buat kaos masuk dalam anggaran wajib.

Hobi gonta - ganti kaos atau pakaian dengan tema khas bisa kita tiru dari Presiden.  Jika ada even tertentu,  setiap pejabat nampaknya memiliki seragam khas.   Seragam ini umumnya ya kaos atau baju bermotif (batik atau motif etnik).   Jika dihitung mungkin panitia bisa membuat puluhan stel demi menyeragamkan penampilan para pejabat.  Jika sifatnya dibutuhkan keseragaman nasional maka tak tanggung - tanggung setiap pegawai dibuatkan kaos.

Bagi pejabat mungkin kaos tersebut hanya dipakai sekali saja.  Entah kemana dibuangnya kaos tersebut.  Enakan kalau setelah even selesai dikumpulkan terus disumbangkan ke korban bencana.  Nanti bisa jadi korban bencana di pengungsian memakai seragam.  Hi hi hi asik kalau dimasukkan ke berita TV.

Bagaimana dengan biayanya?  Rakyat memang sudah tidak peduli lagi.  Kaos - kaos yang dipakai sebentar itu berharga ratusan ribu rupiah.   Jika satu saja seratus ribu,  maka bisa dibayangkan anggaran kaos Pemerintah RI bisa mencapai ratusan milyar.  Jika digabungkan dengan even - even pemerintah daerah,  jumlah ini malah menjadi trilyunan rupiah.

Sayang banget,  masalah kaos hanya masalah kecil.  Bahkan kita anggap bukan masalah.  Namun kita harus sadar bahwa kaos bukan kebutuhan penting dalam suatu even sesaat.  Kenapa diwajibkan? Bukan saja kaos, tetapi juga jamuan makan - makan pejabat.   Setiap even selalu ada seragamisasi,  makan - makan, dan pastinya sih uang saku pulang pergi.  Walau sudah tinggal duduk manis di mobil dinas,  pastilah tidak ketinggalan sangu melalui SPPD.  Entah sangu tersebut untuk apa lagi.   Ongkos even pemerintah seperti peletakan batu saja bisa ratusan juta rupiah.  Padahal bisa dihemat,  tinggal pejabat datang tanpa terlalu banyak protokoler.  Batunya diletakkan, terus difoto dan tandatangan prasasti.  Ditambah sedikit basa basi (sambutan tunggal saja),  trus pulang.  Paling banter 15 menit sudah selesai.  Enggak usah pakai kudapan,  enggak usah memakai tenda.  Biayanya murah meriah tak lebih dari 10 ribu rupiah buat beli serbet sama ember (buat cuci tangan pak pejabat).

Tirulah model peresmian ala Pangeran William di St George's Park.  Pangeran hanya blusukan,  ditemani 2 - 3 orang pejabat FA.   Para awak media mengabadikan momen tersebut.  Tidak ada acara-acara yang rumit dan protokoler.  Sekedar keliling lokasi,  ditemani sambil ngobrol dan berbicara kepada wartawan.  Cuma itu !

Jika memang Indonesia ingin maju,  bukan dengan cara pemborosan karena alasan protokoler.  Uang rakyat bisa dihemat tapi acara tetap bergema.  Bukankah less is beautifull




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline