Lihat ke Halaman Asli

Okto Klau

TERVERIFIKASI

Penulis lepas

Bahaya Patronase dan Klientelisme dalam Pilkades Serentak: Mencermati Pilkades Serentak di Kabupaten Malaka

Diperbarui: 12 Desember 2022   13:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Asisten II dan Kadis PMD Kab. Malaka melepas logistik untuk Pilkades serentak Kab. Malaka beberapa waktu lalu. Sumber: Viktorynews.id

Diskursus tentang patronase dan klientelisme pada pilkades serentak memang tidak ada habisnya. Bahaya ini sangat jelas terpampang di depan mata kita. 

Lalu, apa itu patronase dan klientelisme dalam politik

Dalam ilmu politik, patronase didefenisikan sebagai pemberian uang tunai atau barang yang didistribusikan kepada pemilih yang berasal dari pribadi kandidat, yang didistribusikan dengan mekanisme tertentu kepada pemilih. 

Sedangkan klientelisme adalah kriteria distributif dukungan pemilihan yang membedakan antara sifat klien dari strategi politik yang berorientasi material berupa proyek, pemberian barang, dan donatur yayasan kepada komunitas pemilih. 

Praktek-praktek berpola patronase dan klientelisme dalam Pilkades sungguh nyata. Setidaknya itulah pengamatan saya dari Pilkades serentak di Kabupaten Malaka. 

Pemilihan langsung kepala desa (Pilkades) serentak meninggalkan friksi di tengah masyarakat. Mereka terpecah-pecah Ini adalah dampak negatif ikutan yang sadar tidak sadar terbawa dari pesta demokrasi kasta terendah di Republik ini. 

Pola patronase dan klientelisme dalam Pilkades serentak telah menimbulkan friksi di dalam masyarakat desa. Pesta demokrasi kasta terendah ini telah menyebabkan perpecahan di antara warga. 

Perpecahan itu terjadi antara pendukung satu pasangan dengan pendukung pasangan yang lain, antara calon yang menang dengan warga yang tidak mendukungnya. 

Ada 3 efek negatif dari patronase, yaitu politik uang (vote buying), konflik antara kerabat dan kebencian di antara pendukung. 

Politik uang memang sangat dilarang di setiap perhelatan pesta demokrasi tetapi prakteknya sepertinya susah untuk dihilangkan. Politik uang ini masih muncul karena masyarakat kita masih mudah dibeli. 

Meski tidak selalu terang benderang, tetapi dikamuflasekan dalam berbagai cara yang ujungnya adalah pembagian uang untuk membeli suara masyarakat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline