Masih segar dalam ingatan ketika pemilu 2004 yang dimenangkan oleh partai Demokrat dengan Presidennya SBY. Namun bukan menjadi rahasia bahwa strategi politik yang digunakan saat itu untuk melawan keperkasaan Megawati adalah playing victim.
Playing victim adalah perilaku seseorang yang merasa dirinya sebagai korban dan melakukan kesalahan yang dilakukannya kepada orang lain.
Praktek playing victim dalam politik sudah sangat tua setua umur manusia. Strategi ini bertujuan untuk mengelabui musuh agar merasa aman dan tidak terancam, serta memanfaatkan simpati publik dengan pernyataan-pernyataan maupun bingkai kejadian.
Meski tidak selalu berakhir manis, tapi strategi ini cukup ampuh untuk menggiring opini masyarakat.
Susilo Bambang Yudoyono (SBY) sangat kental dengan strategi politik ini. Pada zaman presiden Gus Dur, ia menjabat sebagai menteri Pertambangan dan Energi setelah memutuskan pensiun dari militer pada 27 Januari 2000. Setelah itu, SBY manjabat lagi sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan (Menkopolsoskam).
Sedangkan dalam kabinet gotong royong Megawati, SBY dipercayakan sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan sebelum memutuskan mundur pada 11 Maret 2004. Strategi playing victim yang dimainkan SBY cukup jitu. Terbukti, ia berhasil memenangkan kontestasi Presiden dua periode berturut-turut, yaitu 2004 dan 2009.
Saat itu, SBY mencitrakan diri sebagai korban dari politik Megawati. Ia menempatkan diri sebagai korban, orang yang dizalimi oleh rezim berkuasa saat itu. Dan strategi itu terbukti menuai sukses besar.
Lalu apa hubungan playing victim ala SBY dengan Anies Baswedan?
Kita tahu bahwa masa jabatan Anis sebagai Gubernur DKI Jakarta akan segera berakhir. Namun ada kabar yang tidak mengenakan. Dikabarkan di akhir jabatannya yang tinggal menghitung hari, Anies dipanggil KPK berhubungan dengan proyek Formula E.
Ada skenerio tersembunyi yang mulai dibangun seolah-olah Anies Baswedan bukan berhenti karena jabatannya memang telah berakhir. Tetapi ia sengaja diberhentikan dari jabatannya sebagai gubernur untuk menjegalnya maju sebagai calon presiden 2024.
Skenerio ini semakin menguat tatkala Anies dipanggil oleh KPK buntut dari proyek sirkuit formula E yang banyak kejanggalannya. Saat ini, Anies seolah-olah seperti korban dari rezim Jokowi yang tidak menghendaki mantan gubernur ini mencalonkan diri sebagai presiden di pemilu 2024.