Menjadi pertanyaan banyak orang bahkan di kalangan orang Katolik sendiri, mengapa pada Jumat Agung tidak ada perayaan Ekaristi tetapi hanyalah peringatan mengenang kisah sengsara Tuhan Yesus?
Pertanyaan ini memang gampang-gampang sulit. Meski demikian, pertanyaan ini butuh jawaban. Jawaban yang membuat orang tidak bingung atau bertanya-tanya.
Berikut ini adalah penjelasannya. Jumat Agung tidak dirayakan sebagaimana mestinya sebuah perayaan Ekaristi sebab di sana tidak ada peringatan perjamuan Tuhan. Ada satu bagian liturgi yang dihilangkan yaitu Doa Syukur Agung yang di dalamnya terdapat satu misteri agung yaitu peristiwa konsekrasi, roti dan anggur berubah rupa menjadi Tubuh dan Darah Kristus.
Karena itu Jumat Agung tidak seperti pada Kamis Putih yang dirayakan seluruh umat Kristiani dengan perayaan Ekaristi bersama. Jumat Agung hanya diperingati dengan ibadat bersama mengenang sengsara dan wafat Tuhan.
Seluruh pusat perhatian dan fokus perayaan hanyalah pada peringatan akan seluruh peristiwa sengsara dan wafat Tuhan.
Setelah mengadakan perjamuan bersama para murid, dimulailah kisah sengsara itu. Yesus ditangkap di taman Getsemani lalu dibawa ke para pemuka agama untuk diadili.
Setelah bolak-balik antara pengadilan agama Yahudi dan pengadilan negeri Romawi, Pontius Pilatus yang saat itu adalah wali negeri Yudea akhirnya menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus. Dia harus dihukum mati dengan cara disalibkan sebagaimana teriakan banyak orang saat itu.
Perjalanan sengsara itu panjang dan berkelok-kelok sebelum sampai ke Gunung Golgota atau Kalvari tempat penyaliban. Jalan kesengsaraan atau via dolorosa itulah yang dikenangkan dalam Jumat Agung.
Peringatan kisah sengsara ini telah mulai pada pagi hari dengan jalan salib bersama. Umat Kristiani diajak mengenang setiap perhentian jalan salib yang berkisah tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi sepanjang jalan salib Yesus.
Jumlah stasi perhentian berjumlah 14. Setiap perhentian mengisahkan penggalan-penggalan kisah sengsara Yesus bagaimana Ia dicambuk, diludahi, dipukul, ditendang, dan dicaci maki seolah-olah Ia adalah seorang penjahat dan pendosa.
Pada umumnya menurut tradisi, ibadat memperingati sengsara dan wafat Tuhan dilangsungkan pukul 15.00 atau jam 3 sore. Waktu ini memang bertepatan dengan jam di mana Tuhan Yesus wafat di atas salib seturut warta Kitab Suci.