Lihat ke Halaman Asli

Okto Klau

TERVERIFIKASI

Penulis lepas

Naiknya Pertamax dan Koreksi terhadap Mental Bangsa

Diperbarui: 8 April 2022   15:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: Warga terpaksa mengangtre BBM jenis pertamax karena kekosongan stok pertalite di Lumajang, Kamis (7/4/2022). (Foto: KOMPAS.com/Miftahul Huda)

Seorang teman saya belum lama ini beralih dari pertalite ke Pertamax untuk bahan bakar mobilnya. Katanya mesin mobilnya akan lebih awet bila bahan bakarnya Pertamax.

Hal ini benar sebab dibandingkan dengan pertalite, nilai oktan pertamax memang di atas dan masuk dalam kualifikasi bahan bakar ramah lingkungan.

Bahan bakar ramah lingkungan memang sangat dianjurkan guna mengurangi gas emisi yang dilepas ke atmosfer. Kualifikasi bahan bakar ramah lingkungan haruslah yang nilai oktannya 91 ke atas. Sedangkan pertalite atau Ron 90, nilai oktannya jelas ada di bawah syarat itu.

Secara logik, teman saya ini sudah berpikir ke arah yang benar. Sayangnya, setelah tahu harga Pertamax naik per 1 April kemarin, buru-buru ia kembali ke Pertalite.

Dan benar memang, harga Pertamax per 1 April telah naik menjadi Rp 12.500 per liter dari yang sebelumnya di kisaran Rp 9.000 per liter.

Kenaikan ini merupakan satu pukulan telak bagi para pemilik kenderaan pribadi yang selama ini menggunakan Pertamax sebagai bahan bakar.

Dari mental teman saya ini, saya jadi tahu bahwa ada ambiguitas pada mental kita sebagai bangsa. Kita menginginkan sesuatu yang berkualitas dan bermutu tinggi tetapi tidak mau membayar ongkos lebih, malahan menginginkan yang gratis.

Akan tetapi kalau mau jujur kenaikan ini memang menimbulkan ketimpangan harga di sana. Pertalite harganya jauh di bawah Pertamax.

Walaupun demikian kenaikan ini memang wajar. Sebab harga pertalite masih disubsidi oleh pemerintah sedangkan pertamax adalah BBM non subsidi yang harus menyesuaikan dengan harga BBM dunia.

Harga BBM dunia saat ini sedang melonjak sebagai dampak dari perang Rusia-Ukraina.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline