Lihat ke Halaman Asli

Sutan Dijo

Seorang pria

Politikus Anti-Islam Belanda Jadi Mualaf

Diperbarui: 7 Februari 2019   03:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dilansir dari CNN Indonesia 06/02/2019, Joram van Klaveren, seorang mantan anggota parlemen sayap kanan Belanda dan orang kepercayaan politikus anti-Islam, Geert Wilders, menjadi buah bibir setelah mengaku pindah agama dan menjadi seorang Muslim.

Memeluk suatu agama atau kepercayaan merupakan suatu preferensi, pilihan dan hak dasar dari setiap manusia. Dengan demikian berpindah agama dan iman juga merupakan hak dan urusan pribadi setiap orang. 

Tidak ada yang bisa memaksa seseorang untuk mempercayai atau tidak mempercayai sesuatu. Kepercayaan dan iman adalah masalah pribadi, masalah kalbu, yang menyangkut hubungan yang sangat pribadi antara seseorang dengan Tuhan, Sang Pencipta.

Berpindah agama seperti yang dilakukan oleh Van Kleveren seperti pulang kampung. Dia seperti kembali ke tengah-tengah keluarganya sendiri, kepada saudara-saudarinya, ke habitat asalnya, karena memang disitulah tempatnya, yaitu agama yang sekarang dipeluknya. 

Setiap orang punya "kandang" masing-masing, dan "gembala" masing-masing. Seperti seekor domba yang hanya mengenal suara gembalanya, demikianlah setiap orang hanya bisa mendengar suara seorang junjungan yang frekuensinya sama dengan frekuensi hati dan jiwanya.  Van Kleveren telah menemukan kandangnya dan gembalanya, agamanya dan junjungannya, yang begitu sama-serupa dengan frekuensi hati dan jiwanya.

Seperti van Kleveren yang sudah berbahagia menemukan tempatnya yang sejati, demikian pula setiap insan hanya akan menemuan ketentraman tatkala dia menemukan "kandang dan gembalanya" yang sejati. Sebagai seorang Kristiani penulis tentu juga berharap saudara-saudari penulis yang mungkin masih ada di kandang-kandang lain di seberang sana bisa pulang kemari dengan aman ke sini, kepada kandang dan gembalanya yang sejati di sini, kepada saudara-saudarinya yang merindukannya di sini. 

Demikian juga jika ada "domba-domba"  dari seberang sana yang tersesat ke sini, dengan senang hati penulis akan melepas kepergian mereka ke kandang-kandang mereka masing-masing di seberang sana, seperti halnya van Kleveren.

Penulis juga berharap saudara-saudari penulis yang masih ada di seberang sana, yang  akan pulang ke tempatnya dan gembalanya di sini tidak dihalang-halangi, apalagi sampai dihujat, dianiaya, bahkan dibantai, dan menjadi martir! Semoga mereka, kepergian mereka tidak dipermasalahkan oleh rumah lama mereka melainkan dimaklumi, seperti halnya dengan van Kleveren. Setiap orang mempunyai hak untuk datang kepada kandang dan gembalanya, kepada iman dan Junjungannya masing-masing.

Setiap iman dan agama adalah benar, menurut umatnya masing-masing. Karena itu tidak lah perlu untuk mempertentangkan agama dan kepercayaan yang berbeda-beda itu. Jika semua agama benar maka tidak mungkin untuk dipertentangkan, karena tidak mungkin ada yang kalah. Semua benar. 

Semua orang berhak memilih agama-kepercayaan dan nabi-junjungan masing-masing. Perbedaan tidak harus menjadi alasan untuk berseteru. Keharmonisan di antara perbedaan bisa dicapai jika masing-masing menyadari dan mengakui dan menerima realitas akan adanya banyak perbedaan di dunia ini, dengan segala implikasinya.

Perpindahan antar-agama adalah peristiwa yang selalu terjadi dimana saja dan di jaman manapun. Hal tersebut tidak bisa dicegah. Orang-orang yang "salah kandang", di mana pun, di ujung dunia pun, dan dalam keadaan bagaimana pun, pasti pada akhirnya akan datang pulang kepada tempatnya dan junjungannya masing-masing, hanya soal waktu saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline