Lihat ke Halaman Asli

Sutan Dijo

Seorang pria

Injil-injil Palsu

Diperbarui: 4 April 2017   17:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tulisan ini boleh dikatakan merupakan ringkasan/resensi dari buku ‘Menguak Injil-Injil Rahasia’ yang ditulis oleh Romo Deshi Ramadhani, diterbitkan oleh Penerbit Kanisius, tahun 2007.

Kitab Suci orang Kristen yang  biasa disebut Alkitab adalah kebenaran mutlak bagi orang Kristen. Ia merupakan suatu identitas yang melekat pada umat ini. Hubungan antara orang Kristen dan Alkitab itu adalah seperti antara umat Islam dengan Al Quran, Negara Indonesia dengan mata uang Rupiah, atau antara Negara Indonesia dengan bahasa Indonesia. Dengan kata lain keduanya tak terpisahkan. Apalagi bagi umat Kristen, sepertinya, Alkitab merupakan DNA yang mengandung kode genetik dirinya.

Memang pada sekitar abad ke-4 sangat marak dengan munculnya banyak sekali injil-injil atau tulisan-tulisan suci yang lain dari yang diakui oleh jemaat Kristen. Dengan itu berkembang pula bidat-bidat dengan ajaran-ajarannya yang sesat, yang mau menumpang nama Kristen. Situasi ini mirip sekali sebuah negara yang sedang dibanjiri dengan uang palsu. Tentu saja tujuan dari semua itu adalah untuk mencegah orang luar untuk masuk memeluk iman Kristen yang benar, dan juga untuk membingungkan umat Kristen dan menghancurkan pesan suci. Situasi tersebut kemudian dapat dikendalikan dengan melalui penegasan para penatua mengenai kanon Alkitab yang benar. Antara lain melalui konsili Nicea yang terkenal itu. Demikianlah umat Kristen menjadi yakin bahwa Alkitabnya yang digunakan sekarang sama dengan yang digunakan oleh jemaat yang mula-mula, yang pertama.

Adapun injil-injil palsu yang pernah  muncul sangat banyak, antara lain yang terkenal adalah : injil Yudas, injil Yakobus, injil Filipus, injil Maria Magdalena, injil Tomas, injil pseudo Matius, injil Petrus, injil Orang Ibrani, injil Masa Kecil menurut Tomas, injil Masa Kecil dalam bahasa Arab, injil Masa Kecil dalam bahasa Latin, injil Masa Kecil dalam bahasa Armenia, dan berbagai tulisan yang lain-lain. Semua tulisan itu muncul sesudah abad pertama, dan yang diperkirakan muncul paling awal adalah pada abad ke-2 Tarikh Masehi. Injil-injil semacam ini banyak terdapat dalam penemuan di Nag Hamadi, Mesir.

Menurut Pastor Deshi Ramadhani, Sj, kebanyakan dari tulisan-tulisan itu mengandung ajaran Gnostisisme, yang sangat bertentangan dengan ajaran Yesus Kristus. Bahkan juga dari uraian beliau tampaknya ada kemiripan antara Gnostisisme dengan ajaran New Age, kalau saya tidak salah. Dan yang jelas, mereka bertentangan dengan semua agama samawi. Sebagai contoh dalam injil Filipus Allah digambarkan sebagai seorang pemakan manusia yang jahat!

Juga ada tulisan Basilides, seorang bidat yang hidup pada abad ke-2, yang menentang ajaran yang mengatakan bahwa Yesus telah menderita disalib. Menurut Basilides, Yesus  menyerahkan salibnya kepada Simon dari Kirene dan dengan suatu cara Yesus berhasil mengelabui mata semua orang ketika Yesus meminjamkan bentuk raganya kepada Simon. Pada saat penyaliban Yesus memandang kejadian itu sambil tertawa. Menurut Deshi Ramadhani kisah-kisah seperti ini juga ada dalam tulisan-tulisan yang lain yang bersifat Gnostik, seperti misalnya injil Filipus seperti yang disebutkan di atas.

Dalam kitab-kitab Injil yang diakui sejak semula, kehidupan Yesus Kristus pada masa kecil tidaklah banyak dicatat. Bahkan sejak umur 12 tahun sampai umur 30 tahun tidak ada catatan sama sekali mengenai kehidupan Yesus Kristus. Dalam injil-injil tertentu  ada banyak diceritakan kehidupan Yesus pada waktu masih kecil. Inilah yang disebut injil-injil Masa kecil. Tetapi injil-injil itu mengandung banyak cerita yang terasa seperti dibuat-buat dan berlebih-lebihan, sehingga mirip dengan cerita-cerita dongeng.

Sebagai contoh dalam injil Masa Kecil menurut Tomas, diceritakan bahwa pada waktu masih kanak-kanak Yesus membuat 12 burung pipit dari tanah liat, dan kemudian ia menghidupkan burung-burung itu. Dalam injil ini ada kesan bahwa Yesus pada waktu kecil nakal, tidak mempunyai belas kasihan, ugal-ugalan, dan suka  membuat mukjizat sesuka hatinya. Misalnya ada dikisahkan seorang anak berlari dan menabrak bahunya, kemudian karena marah ia mengutuk anak tersebut, dan anak itupun jatuh dan mati.

Juga ada kisah semacam ini : Seorang anak terjatuh dari atap rumah dan mati, dan kemudian Yesus dituduh mendorongnya. Kemudian Yesus membangkitkan anak itu dari kematian  dan bertanya kepadanya apakah ia yang mendorongnya hingga jatuh mati. Juga ada mukjizat-mukjizat lain seperti membuat seorang anak menjadi kering, membawa air dengan jubahnya, dan lain sebagainya.

Ada orang yang mencatat salah satu dari injil-injil Gnostik itu menceritakan Yesus sudah bisa berbicara pada waktu masih bayi! Kisah yang lain menceritakan bagaimana Yesus pada waktu masih bayi selama perjalanan ke Mesir bersama orang tuanya tiba di sebuah gua. Tiba-tiba muncullah banyak naga dari dalam gua itu. Maka Yesus yang masih bayi itu turun dari pangkuan ibunya dan berdiri. Kemudian naga-naga itu menyembah Yesus, dan sambil tetap menyembah merekapun mundur menjauhi mereka. Yesus yang masih bayi itu memerintahkan naga-naga itu untuk tidak melukai siapapun. Dan ia yang masih bayi itu berkata-kata dengan lancar kepada ayah ibunya. Ada juga kisah Yesus mengubah anak-anak menjadi kambing-kambing!

Juga dalam injil Tomas dikisahkan perkataan Yesus bahwa perempuan akan masuk surga jika ia menjadi laki-laki. Disini kentara sekali ada persoalan serius mengenai gender. Perempuan diremehkan dengan mengatakan hanya laki-laki saja yang akan masuk surga!

Injil-injil semacam itu akhirnya ditolak oleh jemaat Kristen karena tidak jelas siapa penulisnya, dan tidak dapat ditelusuri sampai dengan jaman para Rasul dan para saksi mata. Dan juga kisah-kisah itu terasa mengada-ada dan berlebihan. Dalam Injil-Injil yang diakui jemaat ( kanonik ), Yesus Kristus tidak pernah sembarangan membuat mukjizat. Ia membuat mukjizat seperlunya saja dan semata-mata hanya berdasarkan perintah Allah saja, bukan hanya atas izin Allah, apalagi dari kehendaknya sendiri.

Membaca Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diakui oleh jemaat, memunculkan kesan bahwa Allah sangat hemat dengan mukjizat. Ia lebih suka segala sesuatu berjalan secara alamiah dan biasa bagi manusia. Mukjizat baru terjadi hanya jika itu memang diperlukan. Dalam injil-injil yang ditolak itu sepertinya Yesus membuat mukjizat sesuka hatinya tanpa tujuan yang jelas sehingga terasa seperti dongeng yang dibuat-buat. Pendeknya injil-injil” yang ditolak tersebut memang memiliki ‘rasa’ dan ‘aroma’ yang asing bagi kepekaan jemaat.

Tetapi rupanya injil-injil rahasia itu muncul lagi baru-baru ini. Di Indonesia sepertinya hal tersebut diawali dengan kemunculan terjemahan novel “The Da Vinci Code”. Kemudian banyak penerbit menerbitkan terjemahan injil-injil tersebut, yang jelas-jelas tidak diakui oleh umat Kristen, entah dengan maksud apa. Tetapi rupanya bukannya menggoncangkan iman mereka, hal-hal tersebut justru semakin membuat umat Kristen terpacu untuk menggali lebih dalam lagi sehingga mereka lebih sadar tentang keaslian Alkitab mereka. Pada waktu film dari novel itu ditayangkan di Indonesia memang muncul sedikit kegegeran di antara gereja-gereja. Tetapi kemudian secara beramai ramai mereka jusru memutarnya di gereja-gereja dan kemudian membahasnya. Juga banyak dibahas dengan lebih mendalam lagi mengenai topik “ injil-injil rahasia” ini. Sehingga sebagai hasilnya keyakinan mereka terhadap Alkitab justru bertambah teguh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline