Dolar sudah mendekati Rp. 13.000. Apa yang harus dilakukan Bank Indonesia? Apakah akan mengguyur pasar dengan dolar cadangannya? Menurut penulis tindakan seperti itu sama saja dengan mengguyur rapi dengan bensin.
Pelemahan rupiah adalah fenomena global. harga minyak dunia menurun, ditambah lagi di Indonesia sedang trerjadi inflasi akibat dicabutnya subsidi BBM. Akibatnya Dolar menguat terhadap hampir semua mata uang. Namun semua ini hanyalah bersifat temporer. Pada akhirnya nilai tukar antar matauang akan kembali kepada aspek fundamentalnya. Sejauh-jauhnya burung terbang dia kan kembali ke sarangnya.
Jika pemerintahan JKW kompeten dan tidak hanya sekedar pencitraan tong kosong berbunyi nyaring, rupiah akan menguat kembali, seiring dengan inflasi dalam negeri dan harga minyak yang berangsur normal.
Dalam hal ini apa yang harus dilakukan BI? Yang harus dilakukan adalah seperti yang sekarang dilakukan, yaitu mennjaga nilai tukar rupiah. Itu adalah tujuan dan misi tunggal BI yang diamanatkan undang-undang.
Namun tidak dengan mengguyur pasar dengan dolar. Pelemahan rupiah justru mencegah orang membeli dolar dan mengerem larinya modal asing lebih lanjut. Jika BI mengguyur pasar dengan dolar maka efek yang terjadi adalah sebaliknya dari yang diharapkan : orang justru akan terdorong membeli dolar dan dolar makin deras keluar dari RI. Akibatnya rupiah makin lemah dan BI juga semakin kehilangan kekuatan.
Cadangan dolar justru harus dijaga jangan sampai turun. Dengan demikian rupiah akan cepat kembali menguat. Ketika dolar menguat atau rupiah melemah, ekspor akan cenderung menguat, arus dolar masuk menguat dan arus dolar keluar melemah. Dan jika nantinya dolar yang masuk cukup banyak maka rupiah akan menguat kembali.
Pada saat rupiah menjadi terlalu kuat, misalnya menjadi di bawah rp. 10 ribu, pada waktu itulah BI campur tangan dengan membeli dolar, sehingga dolar tidak akan lebih murah daripada rp. 10 ribu. Apa akibatnya? Akibatnya cadangan dolar kita naik, dan pada waktu terjadi krisis pelemahan nilai tukar seperti sekarang rupiah tidak akan jatuh terlalu jauh.
Hal ini terjadi karena modal asing (dolar) yang sudah mengalir masuk tidak akan mudah dengan cepat mengalir keluar kembali. Pada waktu banyak dana asing hendak masuk rupiah tidak terlalu mahal sehingga mendorong arus masuk. Sebaliknya pada waktu banyak dana asing hendak keluar, rupiah sudah mejadi terlalu murah sehingga justru menghambat arus keluar dana asing tersebut.
Penulis duga, strategi seperti ini sudah dilakukan oleh Jepang dan Tiongkok sejak lama. Intinya, bank Sentral jangan gampang jual dolar ketika sedang mahal, tapi belilah dolar selagi murah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H