Lihat ke Halaman Asli

Alergi Politik? Tunggu Dulu

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ternyata, selain 'matematika', ada lagi yang kalau kita ajak membicarakannya, ramai yang memilih untuk menghindar yaitu, "politik".
Politik,berasal dari perkataan Yunani πολιτικος [politikós] yang artinya penduduk atau rakyat sipil. Jika kita membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), didapati defenisii politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Sedangkan ilmu yang mempelajari tentang politik dinamakan 'ilmu poitik'.

Mungkin pengertian dari KBBI inilah yang menjadikan alergi politik merebak ditanah air. Setiap berbicara politik, selalu di identikkan dengan partai politik yang berbagi-bagi kekuasaan dengan cara yang keji, mengumbar sejuta janji tanpa ada realisasi, korupsi, kolusi dan nepotisme, mafia kasus, mafia pajak, dan mafia-mafia lain. Akibatnya, ramai yang berfikiran bahwa belajar politik kemudian berpolitik sama saja memasukkan diri kedalam lembah penuh dosa.

Ini yang sangat disayangkan. Satu kata kunci dari politik adalah kekuasaan. Orang yang diberi kekuasaan adalah penguasa. Dengan kata lain, politik itu akan melahirkan penguasa-penguasa yang akan memimpin politikós (rakyat).

Penguasa itu bermacam-macam bentuknya, pemimpin adalah penguasa, begitu juga dengan presiden, gubernur, bupati, camat, Lurah dan seterusnya. Mereka adalah orang yang diberi kepercayaan untuk membuat dan menuntun rakyatnya untu menjalankan kebijakan tersebut.

Menanamkan kebencian terhadap politik, justru membuat kita menjauhinya dan ini sama saja dengan membiarkan oknum-oknum jahat -yang sebenarnya kita benci- untuk menjalankan politik, membentuk dan membagi-bagi kekuasaan sesama mereka, kemudian membuat kebijakan yang diberikan kepada kita, kepada rakyat.

Kalaupun kita takut akan terjerumus dengan hitamnya perpolitikan, jangan karena itu kita menutup diri dengan politik, setidaknya tahu apa dan bagaimana politik itu berjalan.

Mantapkan diri, pertebal Iman, lakukan apa yang bisa kita lakukan, ketika kita memiliki sedikit kekuatan, perbuat sesuatu yang lebih untuk kebaikan bersama.

Atau kita tetap teguh untuk menjauh? Dan terus mengeluh karena pemimpin kita orang gila.

Fazrol Rozi

Dosen Matematika




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline