Lihat ke Halaman Asli

Fauji Yamin

TERVERIFIKASI

Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Pentingnya Edukasi Tidak BABS Sembarangan

Diperbarui: 14 November 2023   10:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jamban Apung di Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu, Rabu (19/2/2020)(KOMPAS.COM/JIMMY RAMADHAN AZHARI)

Pagi ini, diskusi alot sebagai bagian dari verifikasi absolut terjadi dengan adik saya, Suryadi Habib. Ia memposting penghargaan yang diraih puskesmas tempatnya bekerja yang memperoleh penghargaan Berbasis Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta penghargaan kepada satu kecamatan atas keberhasilan masyarakat Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) atau Open Defecation Free (ODF)

Katanya, di kecamatan kami, Pulau Makian Barat, menjadi satu-satunya kecamatan yang memperoleh penghargaan tersebut. Di samping 31 kepala desa yang tersebar di Kabupaten Halmahera Selatan.

Saya protes dengan tujuan mengvalidasi kebenaran tersebut. Sebab, perkara satu ini butuh kebenaran. Apakah yang target itu benar-benar tercapai? Ataukah hanya hoaks dan manipulasi demi tercapainya calaian program.

Lemparan pertanyaan demi pertanyaan dijawabnya dengan data-data. Suryadi tak mau kalah soal ini. Apalagi ini perkara integritas dirinya sebagai petugasnya Kesehatan Lingkungan Masyarakat (Kesling). Berdua bersama temannya, setiap hari berjiabku ke delapan desa. Baik lewat darat maupun laut.

Data capaian rumah yang sudah mempunyai jamban sehat ia kirim. Data yang sangat detail. Saya masih terus memancing, dan ia terus membeberkan kelanjutan program tersebut. Dengan berani ia mengatakan akan membuat desa saya sebagai desa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). 

"Lima pilar harus tercapai dari tahun kemarin. Dan terus dipertahankan hingga tahun ini. Sekarang satu pilar sudah yakni BABS. Empat lainnya bakal kami genjot sekuat tenaga" begitu percaya dirinya.

"Ah saya tidak percaya, hoaks. Awas saja saya pulang kampung terus jalan-jalan ke pantai dan menemukan fakta masih ada yang kotoran manusia di pantai. Saya gugat kalian," ledekku yang membuatnya semakin berapi-api membuktikan.

Tetapi hasil dari diskusi ini sebenarnya memberikan angin segar bagi tercapainya kesehatan masyarakat di desa. Betapa tidak, jika ditarik jauh ke belakang, fenomena BABS merupakan perkara pelik yang tak ada habisnya.

Di periode 1991-2000-an, di desa benar-benar tidak ada jamban. Lekat dalam ingatan saya, penduduk desa bahkan saya sendiri melepaskan perkara kotoran ini di alam bebas. Pantai.

Juga di bawah-batang pohon dekat pantai. Atau di manapun semak belukar rimbun berada. Tetapi secara total, pantai adalah jamban umum di setiap desa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline