Lihat ke Halaman Asli

Fauji Yamin

TERVERIFIKASI

Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Berjibaku dengan Internet, ANBK Butuh Dukungan Infrastruktur Memadai

Diperbarui: 1 November 2023   06:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siswa SDN Sigela melaksanakan ANBK (Dokumentasi :Ocid Adit)

Lima laptop berjejeran di atas talud sebuah pantai. Terlihat beberapa murid Sekolah Dasar yang serius memandangi laptop tersebut. Juga beberapa guru yang berada di samping. Mereka sedang melakukan kegiatan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) hari pertama. 

Pemandangan ini tergambar jelas dari salah satu postingan di media sosial Facebook. Lokasi tepatnya ialah SDN Sigela, Kecamatan Oba, Kota Tidore Kepulauan. Di mana para siswa yang melakukan ANBK harus berjibaku dengan lemotnya jaringan yang mengharuskan mereka mencari jaringan kuat. Asesement sebagai program Kemendikbud ini memang mengharuskan penggunaan komputer secara daring maupun semi daring.

Postingan ini menyita banyak perhatian publik. Bahkan sudah di share beberapa kali baik oleh media lokal maupun masyarakat. Berbagai tanggapan menyeruak. Ada candaan, ada kritikan bahkan ada yang menwarkan jasa internet. Namun dalam kaca mata saya, fenomena ini adalah bagian yang tidak dipisahkan dari masih lemahnya dukungan infrastrukur program pendidikan.

Persoalan jaringan internet yang belum memadai merupakan sebuah permasalahan yang belum mampu dituntaskan di daerah-daerah pelosok (Baca: Kemendibud, 2021). Tentu ini menjadi sebuah permasalahan klasik, di mana pemerintah berkeinginan menggenjot kualitas pendidikan, tetapi disatu sisi kendala-kendala belum mampu diminimalisir.

Dokumentasi (Ocid Adit)

Persoalan ini harus dibenahi, terutama dukungan infrastrukur internet yang merata. Ini juga merupakan tantangan besar, sebab ketimpangan digital di Indonesia masih cukup tinggi terutama di wilayah timur maupun pelosok desa lain di Indonesia. 

Dalam peringkat East Ventures Competitivnes Index 2022, daya saing digital masih terkonsentrasi di daerah Jawa. Sementara dalam konteks literasi digital, Indonesia berada di urutan 53 dengan skor 3,54.

Sementara dikutip dari survei Segara Research Institut (2023), kendala utama tenaga pengajar, guru maupun dosen ialah kendala teknis utamanya akses internet yang memadai. 45% responden kepala sekolah mengalami kendala koneksi internet dan  46 persen guru. Khusunya di Idonesia Timur.

Penekanan dalam survei ini ialah, akibat kendala internet, banya responden belum mampu memanfaatkan platrfom dan aplikasi-aplikasi yang dirancang Kemendikbud. 

Kesenjangan penggunaan internet juga dapat dilihat dari aktivits belajar-mengajar yang hanya mencapai 27,6 persen, mulltimedia 17,1 persen, sementara terendah yakni penggunaan laboratorium virtual sebanyak 3,5% (Status Literasi Digital Indonesia, 2022).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline