"Saya bangga jadi petani. Walau lahan kami sebentar lagi bakal hilang,"
Begitulah sekilas pendengaran dari seorang petani yang memboncengi saya menuju Yogyakarta. Di tengah perjalanan itu, banyak cerita yang dibagikan.
Saya masih dalam rangkaian perjalanan di Magelang. Masih menginap di rumah Pak Bowo.
Dua hari di sini, saya berkenalan dengannya. Ngopi di teras rumah setiap malam. Lalu pada suatu kesempatan, ketika sedang menimbang opsi menuju Yogyarta karena suatu keperluan, ia menawarkan diri mengantar.
Alhasil, pada suatu sore. Ketika mendung sudah menyelimuti langit dan pokok hujan bersiap mengguyur Desa Ngluwar Kabupaten Magelang, kami berangkat.
Dari desa menuju lokasi tujuan tak cukup jauh. Tak sampa sejam. Desa ini berbatasan langsung dengan Yogyakarta.
Selama perjalanan inilah saya menikmati betul hamparan persawahan yang luasnya bukan main. Selama ini, saya hanya menikmatinya sepenggal-sepengal. Sawah yang sudah terjepit pembangunan dan alih fungsi lahan. Bertahan diantara megahnya peralihan tersebut.
Luas persawahan dan ladang ini bikin takjub. Menyegarkan. Enak di pandang mata. Saya menikmati perjalanan itu hingga ia berujar " di sini nanti lokasi pembangunan tol. Itu patoknya,".
Saya menoleh ke arah yang ditunjukannya. Melihat patok dari sebuah besi yang di cat.
" Akan lewat sini tolnya pak," tanyaku.