Aktivitas perkuliahan belakangan diselenggarakan secara offline. Kehidupan kampus berangsur hidup kembali. Pun dengan aktivitas mahasiswa yang tanpa sadar menggeliatkan kembali perekonomian sekitar kampus. membangun kembali geliat ekonomi setelah terhantam Covid lalu. Itu yang saya temukan dalam periode perjalanan Penelitian di Jawa-Bali.
Sepeda motor kali ini sudah berada di Kabupaten Jember. Perhentian terakhir di Pulau Jawa sebelum melanjutkan perjalanan ke Pulau Bali.
Selama tiga hari di Jember, saya menyadari satu hal bahwa selama perhentian di beberapa lingkungan kampus, ada begitu banyak aktivitas yang saya temukan yakni hidupnya aktivitas pereknomian lingkungan kampus.
Cafe-cafe, pertokoan, rumah makan, pedagang asongan, kosan, kontrakan dan lainnya nampak bergerak hidup kembali. Walaupun sisa-sisa hantaman covid masih bisa ditemukan.
Dalam perjalanan yang saya lakukan, terpampang banyak kelesuhan dari aktivitas ekonomi yang nyata Pasca Covid-19.
Pertumbuhan ekonomi lewat aktivitas pelaku usaha adalah bagian tak terpisahkan. Mulai dari Magelang, Boyolali, Solo, Klaten, Wonogiri, dan daerah sekitar Jawa Tengah hingga Jawa Timur masih dijumpai matinya pergerakan ekonomi.
Etalase-etalase toko tertutup rapat, berjejer ruko-ruko dengan tulisan "sale". Satu dua lokasi dengan jejeran pertokoan terlihat hidup tak mau, mati tak segan. Di beberapa tempat dalam tataran kabupaten, aktivitas berjalan sangat lambat.
Gairah ekonomi dari aktivitas konsumen-produsen snagat lemah. Pun dengan aktivitas warga yang nampak sepi. Dibanyak tempat, ini terlihat. Bahkan ketika di Bali saat ini, beberapa pengusaha bertutur masih sangat sulit bangkit. Mereka harus memulainya dari awal.
Hal berbeda terjadi di tataran kampus. Memang tak elok jika meletakan mahasiswa sebagai harapan atau pahlawan pertumbuhan ekonomi dalam konteks besar. Tetapi aktivitas di sekitar kampus harus juga dihitung. Lantaran progres pengeluaran konsumsi yang begitu tinggi.