Lihat ke Halaman Asli

Fauji Yamin

TERVERIFIKASI

Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Gagal Move On

Diperbarui: 20 September 2022   17:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gagal move on (idntimes.con)

Aku mengintip lewat celah tirai merah pembatas ruangan. Tiga sosok di ruang tamu serius menatap satu dengan yang lain. Aku, mensiagakan pendengaran atas percakapan dua lelaki dan satu wanita dengan harap-harap cemas.

 "Kedatangan ku kesini, untuk berkenalan sekaligus meminta restu untuk serius dengan anak bapak,"

Hatiku bedetak kencang. Dunia serasa terhenti sebentar. Sekujur tubuh serasa kaku. Adukan kegembiraan dan sendu sedih ikut menghampiri. Bulir air mata tak terasa jatuh membasahi pipi. Lelaki yang ku kenal enam bulan silam di Jakarta kini telah duduk dihadapan kedua orang tua ku. Membawa mutiara nan indah bagi  bernama komitmen 

Dua belas jam perjalanan ditapakinya untuk menuju rumahku. Perjalanan panjang untuk menegakan komitmen yang terucap dari bibis manisnya . Sungguh mati aku sangat mencintai pria ini.

 " Allhamdulilah, sekiranya ananda serius dan sungguh-sungguh. Saya merestui hubungan ini. semua perihal ananda sudah diceritakan oleh Feby," ujar ayahku. Kegembiraan terpancar jelas dari wajah pria hebat ini. Anak gadis tertua sebentar lagi dipersunting oleh pria yang sungguh-sungguh.

Ibuku tak berucap banyak. Menahan sedikit mikik wajah kesedihan. Aku rasa, ia sedang menahan haru. Memerintahkan air matanya agar tak dulu membasahi pipi. Ia tau perpisahan sebentar lagi akan terjadi. Di rumah ini, ia akan menyaksikan aku dipersunting lalu pergi mengikuti suami. Lumrahnya seorang perempuan.

Tamu-tamu yang datang ikut bahagia. Keluarga besar bersorak kegirangan. Aku tentu saja lebih bahagia. Impianku hidup dengan sosok lelaki pilihan ku di restui. Kegagalan pertama sudah hampir membuatku putus asa. "Sekarang tak ada lagi kegagalan kedua" pikirku.

*

"Kamu bilang hendak meminangku? Maaf aku harus jujur padamu, belum bisa Move On dengan pria sebelumnya. Anak  bangsat itu sudah meruntuhkan jiwaku. Menghilangkan sepenuhnya kepercayaan dari mulut lelaki,"

Kata-kata itu meluncur bebas dari mulutku kepada seorang pria baru dalam hidupku. Ucapan akan menghalalkan ku seperti omong kosong yang dilemparkan sebelumnya. Aku tak percaya lagi, bahkan hingga ia menemui orang tua ku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline