"Parlemen Jalanan, lebih kuat dari parlemen ruangan?"
Saya susuri jalanan jalanan menuju salah satu titik demonstrasi, Patung Kuda. Setelah turun dari Stasiun Gondangdia. Informasi yang beredar, titik kumpul demontrasi berada di sini dan Monas.
Saya ingin menyaksikan dan turut serta melihat pergerakan mahasiswa merespon keputusan pemerintah menaikan harga BBM. Lebih-lebih, tindakan saya di dorong rasa penasaran, sekaligus bernostalgia. Saya pernah di posisi mereka, menggerakan masa melakukan demonstrasi yang sama pula, menolak kenaikan BBM di jaman SBY dulu.
Namun niatan terbesar saya adalah untuk mengetahui sejauh mana "parlemen" jalanan ini berfungsi. Apakah efektif atau tidak?.
Saya memang cukup telat. Gerakan demonstrasi sudah di mulai pagi hari. Dan, saya baru datang pukul satu siang lantaran beberapa urusan penelitian.
Kawan-kawan yang turun ke jalan sejak pagi sudah pulang. Terisa beberapa kelompok massa dari pihak lain. Memerhatikan sebentar lalu kembali lagi ke Stasiun Gondangdia. Keputusan membingungkan harus diambil. Antara pulang atau lanjut ke Gedung DPR/MPR-RI. Di mana buruh melakukan demonstrasi.
Tetapi saya memutuskan pulang. Lantaran sudah kadung tak berminat lagi. Parlemen jalanan kali ini rupa-rupanya tidak efektif. Parlemen yang terbentuk atas asas menolak kenaikan harga BBM ini dilakukan terpisah-pisah. Mewakili bendera dan kepentingan masing-masing. Tidak satu simpul, tidak satu barisan.
Demonstrasi dilakukan dengan bendera atau identitas ideologi masing-masing. Mahasiswa dengan bendera himpunannya, organisasi ekstra dengan benderanya, dan buruh serta organisasi masyarakat dengan benderanya.
Tentu dengan ideologi, setingan aksi dan tujuan yang berbeda pula. Walau sama-sama punya tujuan menyuarahkan namun simpul kekuatan tercerai berai. Saya memaknai ini sebagai gerakan kepentingan semata.
Jika sudah demikian maka sudah barang tentu, parlemen jalanan, tidak memiliki efek apa-apa, tidak berimpak dan hanya menghasilkan kepuasan batin individu karena merasa mampu menyuarakan. Bisa mempunlish kegiatanya di media sudah menjadi kepuasaan. Lebih-lebih ada imbas kepentingan yang diperoleh.