"Berapa ya harga speedboat ke Sofifi sekarang," tanya seorang pegawai via WhatsAap.
Saya kirimkan list daftar harga terbaru perjalanan laut dari, dan Ternate kepadanya.
Ia kaget, melihat kenaikan harga yang baru saja di keluarkan sehari setelah harga BBM resmi dinaikan pemerintah. Tak tanggung-tanggung, penyesuaian harga tiket naik sebesar 32 persen. "Harusnya gaji naik juga dong," keluhnya.
List harga tiket kapal laut ini memenuhi beranda Media Sosial. Umpatan dan candaan mengiringi postingan-postingan. Tentu keluhan-keluhan ini wajar, lantaran Maluku Utara merupakan daerah kepulauan. Transportasi umum untuk ke pulau seberang menggunakan jasa transportasi laut.
Laut dan transportasinya merupakan penghubung utama arus barang dan jasa hingga ke pelosok. Tak ada alternatif lain yang lebih efisien dari kapal laut dan sejenisnya.
Kenaikan BBM tentu berdampak pada penyesuaian-penyesuaian harga oleh pelaku usaha di bidang ini. Mau tak mau harus dinaikan demi keberlangsungan bisnis.
Di sisi lain, momok kelangkaan juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan di daerah timur. Kelangkaan minyak (BBM) adalah fenomena nyata yang selalu dihadapi masyarakat. Kondisi yang menyebabkan kepanikan dan terdorongnya naiknya harga-harga bahan pokok. Sudah mahal, tambah mahal.
Di timur, harga yang ditetapkan pemerintah hanya berlaku di SPBU. Di luar itu, harga BBM selalu dispekulasi akibat permainan agen dan penimbunan.
Agen-agen memiliki hubungan langsung dengan pelaku usaha utamanya dengan pelaku usaha jasa transportasi laut. Kebanyakan mereka, membeli langsung kepada agen-agen karena hubungan patron klien yang kuat.
Di sisi lain, wilayah geografis kepulauan menyebabkan tidak semua warga bisa mengakses BBM ke SPBU. Lantaran letak SPBU hanya sebiji dua biji di kota saja.