Lihat ke Halaman Asli

Fauji Yamin

TERVERIFIKASI

Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Titik Balik Si Pemakai Narkoba

Diperbarui: 26 Juni 2022   05:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Envato Elements)

"Jika mengingat masa lalu, saya menyesal. Pernah gila. Gila karena menjadi pemakai hingga berpetualang dengan gairah. Ada tiga hal yang saya sesali, rugi waktu, citra diri dan kehilangan daya pikir yang menjadi aset berharga saya," ungkapnya sembari menutup wajahnya menggunakan tangan.

Udara begitu menggigit. Jaket yang saya gunakan serasa menembus tulang belulang. Ketika angin berhembus, saya melipat tangan tanda kedinginan. Berbeda dengan seorang gadis cantik di depanku. Ia tetap tersenyum memekar. Semekar bulan yang menghiasi langit malam ini. 

Sebut saja namanya Bunga, ia sudah menginjak usia 27 tahun bulan Maret kemarin.

Di balkon kosan berlantai dua, di sudut sebuah kampus ternama, kami bercerita. Setelah perkenalan singkat di jakarta sembilan bulan silam. Hubungan pertemanan kami tetap berlanjut setelah saling tukar kontak.

Baru pada malam ini, sekira pukul 00.21 WIT. Kami bertemu lagi, setelah membuat janji jauh sebelumnya. Terhitung dua bulan lamanya. Setelah masing-masing dari kami tidak terlalu sibuk. 

Obrolan kami dimulai dengan ringan. Tentang kabar masing-masing hingga nostalgia hidup di Jakarta. Kemudian berlanjut pada kerasnya pilihan yang harus diambil selepas mengenyam dunia pendidikan. 

Ia sebagai lulusan kampus di Jakarta juga harus menghadapi dilema dan beban yang dahsyat ketika ia kembali ke lingkungan sosialnya. Pertanyaan seputar "sudah kerja atau belum," telah menambah beban psikologi yang tak saya sadari belum tuntas Ia selesaikan.

Sementara dalam benaknya, ia ingin mandiri. Ia ingin membuktikan bahwa presepsi orang-orang padanya salah. Bahwa apapun pilihan kerjanya, adalah bagian dari pembuktian diri atas dosa-dosanya.

Selain itu, atas pilihan inipula, ia selalu terbentur dengan fatsum orang tua yang membatasi gerak-geriknya. Ketika Ia hendak begini, orangtuanya melarang dan mengarahkan harusnya begini. 

Semua beban itu berdampak pada rasa frustasi yang sebentar lagi membuat saya tak berkata-kata. Tekanan psikologi yang ia rasakan ternyata berkesinambungan. Linear dengan jalan hidup yang telah ia lalui.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline