Jangan sekali-kali seorang pria lewat ketika emak-emak sedang menggoreng kue ini, bisa-bisa anda kena omel, hingga kena lempar benda yang dipegang.
Peringatan keras sudah dilayangkan bahwa saat sore hari nanti akan dilakukan proses penggorengan Kue. Para lelaki yang sudah tau pasti tak akan kepo atau bahkan hanya sekedar lewat didepan.
Bagi yang belum tau harus diingatkan. Walaupun pada kondisi real semua orang sudah tau bahwa ketika melakukan penggorengan kue tersebut wajib hukumnya laki-laki tidak boleh lewat. Namun terkadang khilaf atau lupa selalu menghantui.
Peringatan keras yang keluar dari mulut ibu-ibu ini harus didengarkan. Sebab, larangan ini mendasar. Apabila saat penggorengan ada laki-laki yang lewat maka akan mempengaruhi hasil akhir kue tersebut.
Kue tersebut di daerah kami bernama kue Andara. Kue ini unik. Unik karena cara pembuatannya yang sedikit tak masuk akal terutama di saat penggorengan.
Kue Andara sendiri merupakan kue khas salah satu suku pulau Makian. Walau kadang juga ditemukan di daerah lain seperti di Tidore akan tetapi tidak banyak yang membuat.
Kue ini sendiri hanya ditemukan pada hajatan-hajatan besar semisal kawinan, selamatan, sunatan hingga tahlilan orang meninggal. Terkadang juga diperdagangkan di pasar akan tetapi tidak banyak dan tidak terus di produksi.
Dalam acara selamatan, kue tersebut menjadi salah satu menu hidangan utama atau pada acara puncak. Masing-masing desa menghidangkan dengan nama masing-masing. Misalnya dalam hajatan orang meninggal kue ini akan disajikan pada malam ke 7 dengan nama Mumami; kue untuk suku Makian Dalam dan makian luar tetap menggunakan andara.
Kue ini hanya terbuat dari beras dan gula pasir. Awalnya beras akan di giling atau di tumbuk menjadi tepung sementara gula pasir terlebih dulu dicairkan. Setelah cair barulah di campur ke adonan tepung beras.
Adonan itu kemudian dicetak seukuran bola pimpong, lalu di goreng pada minyak panas. Sesederhana itu adonannya dan cara pembuatannya. Akan tetapi walaupun sederhana bukan berarti kue ini tidak memiliki pantangan.
Pantangan terbesar justru laki-laki. Tentu kita akan kebingungan, kok laki-laki? kenapa bisa? inilah keunikan sekaligus kepercayaan yang sudah turun temurun dipercayai.