Proses simbolis Vaksinisasi sudah di mulai kemarin. Presiden Jokowi dan beberapa jajaran hingga publik figur, ambil bagian dalam kegiatan ini.
Walau terjadi pro dan kontra tentang vaksin yang serta penolakan karena ketidakpercayaan akan akurasi dari vaksin Sinovac dll, akan tetapi apa yang dilakukan presiden kemarin adalah langkah awal dimulainya tahap pertama vaksinisasi di Indonesia.
Bagi yang pro, tentu ini adalah langkah baik untuk memutus penyebaran virus Corona. Namun bagi yang kontra, langkah vaksinisasi tak ubahnya kesalahan fatal.
Dalil demi dalil mengemuka, bahkan sehari sebelum peristiwa simbolis di atas, salah satu anggota DPR dari Fraksi PDI-P lantang menolak divaksin. Bahasanya, "negara tidak boleh berbisnis dengan rakyatnya" mengemuka di medsos.
Selain pro dan kontra, ada orang-orang yang diliputi kekwatiran. Mereka akan di vaksin, namun tingkat informasi tentang vaksin dan kapan dimulai vaksin pun tak diketahui. Mereka berada di jalan, antara percaya dan tak percaya.
Alwi misalnya, salah satu kerabat di kampung. Ia bahkan bertanya apakah pemerintah sudah mulai melakukan distribusi vaksin ke tiap provinsi atau Kabupaten/kota?
Pertanyaan ini ia ajukan dua hari sebelum tahapan vaksin pada tanggal 13 kemarin. Ia, di kampung tak mengetahui jika proses distribusi sudah selesai.
Simpang siur informasi yang mereka terima telah membentuk pola baru dalam menyikapi persoalan ini. Mereka tak mengetahui sama sekali tentang proses vaksinisasi dan efek-efek setelah divaksin sehingga menjadi dirundung dilema.
Mereka juga tidak tau, selain vaksin Sinovac, ternyata ada beberapa vaksin lain yang sudah ada dan akan datang. Tau mereka hanya Sinovac. Sebuah kebingungan terstruktur.
Apapun itu, baik pro dan kontra, proses vaksinisasi sudah di mulai. Sesuai rencana pemerintah, ini adalah vaksinisasi tahap satu.
Sasarannya, tenaga kesehatan (Nakes) dan pejabat daerah; sebagai proses membangun kepercayaan kepada rakyat.