Lihat ke Halaman Asli

Fauji Yamin

TERVERIFIKASI

Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Berpikir Langit, Bersikap Bumi

Diperbarui: 21 Desember 2020   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Kursi pesawat 16 A yang saya tempati menuju Batam serasa empuk setengah jam pertama. Perjalanan ini menjadi rangkaian perjalanan yang melelahkan selama seminggu ini. 

Pesawat-pesawat yang saya tumpangi sudah membela kumpulan awan Sulawesi, Bali, Batam, Jakarta dan Aceh, kemudian Jakarta-Ternate dan Jakarta lagi. Saya lupa berapa seat kursi saya nikmati dengan segala kegalauan akan bahayanya Covid-19.

Di atas langit inipula saya memaknai banyak hal. Tentang orang-orang yang berjuang di atas sini dan di bawah sana. 

Di balik jendela pesawat, satu persatu saya alirkan pada pikir. Di atas sini, saya ingin cepat-cepat menginjak bumi. Pun demikian dengan mereka, para pramugari yang bekerja dengan risiko kehilangan nyawa, pilot yang bertanggung jawab mengendalikan pesawat dan menjamin penerbangan aman serta penumpang yang berharap kebaikan di ujung jalan.

Saya mendapatkan beberapa makna bahwa manusia berada di antara "Mereka yang berpikir langit namun bersikap langit, mereka yang berpikir bumi tapi bersikap langit dan mereka yang berpikir langit namun bersikap bumi".

Lantas saya berada di mana?

Pertanyaan ini terbentur di kepala, di antara celah awan dan mentari saya mengingat sosok-sosok yang begitu rendah hati di bawah sana. Mereka yang berpikir langit namun bersikap bumi. 

Si Penarik Becak
Pak Sulaiman, pria berumur sekira 60 tahunan memarkir becak di sebuah perempatan Gondomanan. Kota Jogjakarta. Saat itu, tanpa sengaja bertemu saat saya hendak menuju salah satu kedai kopi. 

Pertemuan ini mungkin sudah takdir, sepeda motor yang saya tumpangi sedang bermasalah. Di samping bengkel ini ia memarkir bersama beberapa kawan satu profesi.

Tanpa basa-basi, saya naik sebentar kemudian berpikir "ah mending naik becak saja, biar nanti si kawan menyusul jika sepeda motor yang di perbaiki sudah selesai".

Hasrat ini juga karena sudah lama tak menikmati moda transportasi yang mulai tersisi ini. Alhasil, kami berangkat ke tujuan dengan jarak tempuh sekira 15 menit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline