Kelapa adalah identitas kejayaan
"Bunyi tusukan liliwet menerjang daging-daging kelapa. Gesekannya terasa merdu di telinga. Sementara, aduan parang dan kerasnya kulit kelapa ikut mengiri, menciptakan nada dan asa ekonomi. Mereka sedang membuat kopra".
Proses pembuatan Kopra memerlukan beberapa tahapan. Mulai dari pemanjatan kelapa, pengumpulan, perbaikan para-para (tempat mengasapi daging kelapa), pembelahan, felliwet (membuka daging dari batok kelapa), pengasapan hingga penjualan.
Semua kegiatan tersebut dibalut dengan unsur gotong royong, bokyan, tradisi saling membantu di kampung kami.
Kegiatan pembuatan kopra terbilang cukup menguras tenaga. Inilah kenapa motivasi para orang tua begitu besar kepada anak-anaknya agar bersekolah setinggi mungkin.
Saya sendiri besar dan dibesarkan dari hasil kopra tetapi terhitung baru dua kali benar-benar membuat kopra secara mandiri. Sebelumnya, setiap kali pulang ke kampung saya hanya ikut membantu dalam kegiatan pembelahan dan pencungkilan atau mengeluarkan daging kelapa dari batok.
Kegiatan pembuatan kopra di mulai dari petani memanen kelapa yang sudah tua. Kategori tua dan sudah bisa di olah menjadi kopra ada 3 jenis. Pertama, yang kulitnya sudah coklat. Kedua, kulitnya setengah hijau setengah coklat dan ketiga kulit yang masih hijau namun sudaj masuk kategori tua.
Buah kelapa yang paling sulit dipilih atau di panen ialah buah yang masih hijau. Bagi yang belum berpengalaman, harus hati-hati. Sebab salah petik, bukan untung yang di dapat melainkan rugi. Di makan tak jadi, di buat kopra tak masuk kategori.
Pengalaman tentu memegang peranan penting dalam pemetikan. Buah kelapa yang masih hijau akan di ketok memakai parang. Jika bunyi padat (seperti memukul sebuah benda yang terisi penuh) maka kelapa sudah tua dan siap di petik. Namun, jika belum padat maka belum tua.
Kegiatan pemetikan kelapa adalah pekerjaan yang paling sulit. Saya sendiri, selama 6 bulan melakukan produksi hanya bisa menanjat 10 pohon kelapa per hari. Berbeda dengan petani yang sudah lama berkecimpun di bidang perkebunan ini, dalam sehari bisa memanjat 20 pohon kelapa.
Kesulitan itu karena pertama, rata-rata pohon kelapa berumur 20 tahunan lebih, tingginya di atas 10 meter. Sehingga ketika pemanjatan, angin menjadi resiko paling besar. Kedua, dibutuhkan fisik terutama pegangan dan kaki yang kuat. Salah sedikit patah dan nyawa jadi taruhan. Ketiga, celah pada ranting pohon kelapa yang menutupi buah kelapa. Kondisi ini menyulitkan bahkan petani kadang mikir kalau memanjat pohon kelapa seperti ini.
Setelah pemetikan kemudian dibiarkan sampai semua buah kelapa sudah di petik habis. Jika ada 500 pohon kelapa maka waktu yang di butuhkan rata-rata 1 bulan.