Lihat ke Halaman Asli

Fauji Yamin

TERVERIFIKASI

Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Topo dan Komoditas yang Hilang

Diperbarui: 9 Oktober 2019   18:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Topo (Dokumentasi pribadi)

Saya baru sempat menuliskan perjalanan ini, setelah beberapa hari menimbang "kalimat" yang tepat untuk memulai. Akibat kekakuan menggerakan jemari di atas tombol keyboard walaupun segudang ide terlintas dan sempat mampir di kepala.

Dan, kalimat yang tepat untuk memulai tulisan ini adalah, "untuk mengenali seseorang, Anda perlu menyelaminya secara dalam". 

Sebuah kalimat yang mendorong saya dan dua orang teman melakukan perjalanan setelah 3 tahun lebih meninggalkan kampung halaman karena tuntutan UNTUK melanjutkan studi. Ini pulah yang menjadi dasar tulisan tulisan saya kaku akibat miskin ide, hehehe.

Perjalanan kami sebenarnya sudah diatur jauh jauh hari, ketika salah satu junior di IPB mengabarkan bahwa dirinya keterima sebagai peserta di KKN Kebangsaan dan akan di tempatkan di daerah saya, Maluku Utara. 

Dengan ketidaktahuan dia tentang kultur, budaya, agama, bahkan demografi wilayah timur, saya mulai menjadi "google" untuknya --memberikan informasi yang dibutuhkan. Dan, kami bersepakat akan berkunjung ke desa di mana ia akan tinggal.

Selang sebulan, niatan kunjungan tersebut akhirnya bulat. Saya mengajak dua orang junior untuk ikut. Mereka berdua sebenarnya adalah partner saya ketika akan menjelajahi pelosok-pelosok desa. 

Kondisi sosial dan ekonomi akan kami kemas ke dalam film dokumenter dan juga tulisan-tulisan, yang nantinya akan kami bagikan ke platfrom digital dan menjadi sebuah masukan untuk pemangku kepentingan di sana.

Pagi itu, setelah melakukan briefing, kami pun bergerak. Memakai dua buah sepeda motor, niatan kami untuk melintasi lautan semakin bulat. Karena,daerah yang kami kunjungi berada di Seberang, tepatnya Kota Tidore, Desa Topo.

Bagi yang belum familiar, Kota Tidore dapat Anda lihat di mata uang seribu lama yang berlatar nelayan dan dua pulau. Nah, pulau kecil di depan adalah Maitara dan belakangnya adalah Tidore yang diambil dari sudut pandang Kota Ternate.

Bertolak dari pelabuhan Bastiong Ternate, kami memilih moda transportasi Kapal Kayu. Sebenarnya moda angkutan laut ini sudah dilarang oleh Pemda untuk mengangkut kendaraan, khususnya roda dua. 

Sebab, beberap bulan telah terjadi kecelakaan antara speed boat dan kapal kayu, yang menyebabkan seorang anak menjadi korban. Dan deretan catatan laka laut banyak melibatkan moda transportasi ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline