Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Tanpa mereka, tidak akan ada pemimpin, anggota dewan,pejabat, pebisnis dan banyak lagi. Peran guru sangat vital dalam mencerdasakan bangsa dari buta huruf, membangun kerangka berpikir para siswanya dan mendedikasikan sepenuhnya untuk menyiapkan SDM yang berkualitas.
Senakal-nakalnya seorang murid, yang tidak meyukai gurunya sama sekali di kemudian hari akan bersepakat bahwa guru memberikan jalan bagi mimpi mereka.
Membicarakan peran guru tidak akan ada habisnya. Bahkan lewat guru, anak-anak berani bermimpi. Tidak jarang siswa-siswanya bermimpi yang sama untuk menjadi guru karena mulianya pekerjaan tersebut.
Guru bukan sekedar pengajar, tetapi lebih dari itu. Mereka adalah toko sosial yang mampu melakukan perubahan-perubahan di lingkungannya. Di daerah-daerah pesisir dan tertinggal, mereka sanga aktif dalam setiap kegiatan sosial bahkan tidak jarang guru menjadi pelopor dalam berinovasi dan berkarya pada lingkungan sosial kemasyarakatan. Walaupun aktivitas dan sumbangsi mereka tidak pernah diberikan penghargaan.
Baru baru ini saya di kirimi sebuah video tentang gerakan yabg menurut saya cukup penting untuk di galakan. Dimana dalam menyambut hari Kemerdekaan 17 agustus yg lalu, guru sekolah tingkat Dasar di SD Mateken menampilkan budaya yang lama di lupakan oleh masyarakat yakni tarian togal. Tarian togal adalah salah satu tarian suku "makian" dalam menyambut tamu dan acara-acara besar lainnya. Tarian ini mulai tergerus karena kondisi masyarakat yang lebih mengenal tarian "Joget"buah dari budaya barat yang sekarang melekat erat di wilayah timur.
Anak-anak muda sampai orang dewasa lebih mengenal tarian joget semisal poco-poco dan disko dan kaku bahkan lupa terhadap tarian daerah.
Mencermati tergerusnya budaya ini maka salah seorang guru mengambil inisiatif untuk mendobrak kebiasaan itu dan kemudian mengambil kebijakan agar tarian daerah di lestarikan kembali. Nama beliau adalah bapak Ujud radilun, sebagai kepala sekolah tingkat Dasar di Desa Mateketen. beliau dengan beberapa guru mulai mengajarkan anak-anak muridnya tarian togal."
Tarian ini di tampilkan pada acara upacara kemerdekaan Republik Indonesia dan di lanjutkan pada malam hari yang mengundang antusias masyarakat dari 8 desa untuk berbondong-bondong untuk datang menyaksikan penampilan tersebut.
Peran guru dalam merawat budaya ini mencerminkan kekuatan sosial yang di miliki oleh mereka. Selain itu, peran dalam mendorong agar masyarakat dan anak-anak muda agar terhindar dari buta huruf pun sangat penting.
Tidak jarang saya menemukan, para pengajar mulia ini mendorong para orang tua agar mau menyekolakan anak-anaknya. Sebab, kebanyakan orang tua di wilayah pesisir dan pedesaan selalu menggangap sekolah tidak penting sehingga anak-anak lebih baik membantu pekerjaan di kebun.
Pendekatan persuasif dan dor to dor telah membuka pandangan masyarakat pentingnya pendidikan. Tidak jarang mereka berhadapan dengan kondisi para orang tua yang keras kepala, bahkan di maki-maki.
Di lingkungan sekolah mereka harus memainkan peran lebih dengan memanfaatkan fasilitas sekolah yang belum memadai. Mereka seringkali di hadapkan dengan kekurangan bahan-bahan perlengkaan sekolah semisal buki bacaan, tidak tersedianya ruang guru sampai pada kekurangan guru.