Pilkada tinggal beberapa jam lagi. Tidak lama lagi akan terjadi "pencoblosan sengit" bagi para pendukung Pasangan Calon (Paslon) Gubernur DKI Jakarta periode 2017 - 2022. Setelah sekian lama terjadinya ketegangan dari para pendukung cagub-cawagub termasuk behamburan isu SARA yang begitu "meriah" hingga kadang begitu megerikan untuk diikuti.
Saya bersyukur bahwa saya bukanlah warga DKI sehingga tidak perlu ikut sewot maupun sedih jika ada pendukung yang diserang ataupun disudutkan. Tapi bukan berarti saya yang "warga luar" tidak boleh ngasih opini dan pendapat yak. Walaupun opini saya gak ada yang mbaca ataupun gak ada yang ndenger ya gak masyalah, toh namanya juga opini individu...
Dari 2 (dua) Paslon Gub-Cawagub yang "bertarung sengit" di Pilkada DKI ini masing-masing memiliki kelebihan yang menjadi harapan bagi para pendukungnya. Saya sendiri pernah mengulas tentang Ahok lama sebelum dilakukannya kampanye pilgub DKI 2017 ini. Jadi sekarang saya mau ngasih opini tentang Anies....
Anies Baswedan yang saya tahu adalah seorang akademisi dengan prestasi yang cukup mumpuni. Posisi beliau yang pernah menempati Rektor Universitas Paramadina menunjukkan bahwa Anie bukanlah orang "sembarangan'. Kemudian pula ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan jelas merupakan jabatan prestisius yang bukan main-main. Mengenai kemudian terjadi reshuffle yang menyebabkan Anies tergeser dari jabatannya itu merupakan "masalah" Presiden Joko Widodo dengan Anies, karena sampai saat ini tidak pernah terungkap secara resmi mengenai alasan di-reshuffle-nya Anies.
Masuknya Anies dalam peta Calon Gubernur DKI periode 2017 memang "agak" mengejutkan, walaupun masih menang "kejutan" yang dilakukan oleh keluarga Cikeas dengan menyeret Agus Harimurti yang memiliki prestasi kemiliteran yang cukup cemerlang menjadi calon Gubernur dengan Sylvana sebagai pendampingnya. Anies, secara tiba-tiba "menyelak" Sandiaga Uno yang secara perlahan-lahan mengumpulkan kekuatan dan suara untuk maju sebagai Calon Gubernur dari Partai Gerindra. Secara "tiba-tiba" pula Prabowo memberikan titah agar Sandi mengalah dan memberikan posisi Calon Gubernur kepada Anies. Sandi, sebagai anak yang senantiasa patuh-pun menurut terhadap titah Prabowo.
Dari sini pun sudah mulai terjadi pertanyaan dari masyarakat tentang posisi Calon Gubernur-Wagub. Dan tidak cukup sampai disitu, Prabowo pun kembali "meramaikan" berita dengan merapatnya PKS dan juga FPI sebagai pendukung. Bagi para pemilih muda golongan menengah, keputusan Prabowo seperti mengulang sejarah saat beliau maju dalam Pilpres dan dengan terang-terangan memperoleh dukungan dari PKS yang telah kehilangan kepercayaan sebagian besar pemilih muda. Kekalahan Prabowo sebenarnya sudah dapat diprediksi saat partai-partai yang mendukung merupakan partai-partai yang "berseberangan" dengan ideologi anak muda generasi 2000. Dan saat ini Prabowo kembali mengulangi sejarah dengan menampilkan pendukung-pendukung yang kurang mendapatkan simpati dari para pemilih muda.
Mungkin itu yang menjadi tugas Anies Baswedan utnuk memperoleh suara dari yang masih "ragu" akan posisi Pilihan dan Dukungan Prabowo. Dengan kemampuan akademisnya yang tidak sembarangan, Anies tentunya akan membuat suatu Think Tank dimana setiap peristiwa akan dimanfaatkan seefisien mungkin agar dapat memenangkan posisi DKI 1.
Putaran Pertama Lolos dengan lumayan mulus.Mengapa lumayan ? Ternyata suara yang diperoleh Agus-Sylvi pada putaran pertama cukup mengejutkan untuk "rookies" ! Jika saja tim Sukses Agus-Sylvi tidak terlalu berpola pada panggung, kaos dan moshing, saya yakin Agus akan lolos pada putaran kedua. Anies-Sandi bisa lolos sebagai "Beginner's Luck".
Sayangnya pada saat lanjutan pada putaran kedua, Anies lebih banyak melakukan manuver sendiri meninggalkan Sandi yang memiliki ide lebih "orisinil". Plus, Anies lebih memilih jalan singkat dengan mendekati konglomerat untuk memperoleh pendanaan kampanye setelah Sandi kehabisan "bensin" di putaran pertama. Sebagian masyarakat yang ngobrol-ngobrol nongkrong di seputaran Jakarta cukup memahami bahwa Sandi sudah "habis-habisan" dalam membiayai kampanye dari kantung pribadinya, sementara karena Anies tidak seperti itu, maka Anies lebih bersikap "nothing to lose" . Untuk mengimbangi perjuangan Sandi, maka Anies melakukan lobby dengan pengusaha/politisi dan penguasa suara bawah, dan nampaknya gayung bersambut.
Yang namanya lobby dengan pengusaha/politisi dan pimpinan parlemen jalanan, tentu akan ada harga yang harus dibayar. Seberapa besar harga yang harus dibayar, itu yang belum disadari oleh Anies Baswedan. Saya yakin bahwa Anies akan banyak didukung oleh masyarakat yang "teraniaya" oleh Ahok, para pemuda yang beraliran "tegas", para pengusaha liberal dan hampir semua anggota DPRD mungkin juga anggota MPR/DPR yang ber KTP DKI Jakarta. Karena mereka yakin bahwa Anies akan mengakomodasi keinginan mereka setelah hasil lobby tersebut.
Anies harus menang ! Dengan cara apapun Anies harus menang dan menduduki kursi DKI 1. Terlalu besar beban yang ditanggung Anies jika Anies kalah. MOdal yang dikeluarkan harus kembali, minimal impas, jika kalah, jangankan balik modal, tekor bandar akan jadi makelar nantinya....